Archive for Oktober, 2006

Articles

Catatan Perjalanan Idul Fitri 1427 H – Shaf yang Tak Pernah Lurus

In Semarang on Oktober 26, 2006 oleh nonblogs


Catatan ini saya buat, karena selama lebaran tahun ini, saya melewatkannya di kampung halaman, Semarang. Rencananya, Insya Allah kurang lebih 10 hari saya habiskan di tempat orang tua.

Dari sekian banyak tempat Sholat Idul Fitri di Semarang, salah satunya yakni di Lapangan Pancasila Simpang Lima Semarang. Inilah salah satu tempat utama yang menjadi tujuan umat islam di Semarang. Karena kebetulan tempatnya sangat strategis, tepat di jantung Kota Semarang.


Simpang Lima, saat ini menjadi alun-alun atau pusat kota Semarang. Layaknya kota-kota di Jawa pada umumnya, di setiap alun-alun terdapat Masjid dan Pusat Pemerintahan. Dahulu, pasti akan kita temukan hal yang sama di alun-alun Kota Semarang. Tapi tidak di Simpang Lima. Yang tersisa hanya Masjid Baiturrahman.

Karena, Simpang Lima merupakan alun-alun pindahan yang sebelumnya terdapat di depan Masjid Besar Kauman, yang berada tidak jauh dari Pasar Johar. Karena, kebijaksanaan pemerintah saat itu, alun-alun dipindah ke Simpang Lima yang sekarang ini. Dan alun-alun lama, menjadi pusat pertokoan, salah satunya Kanjengan. Di alun-alun lama, bisa ditemui Pusat Pemerintahan, Masjid, dan tentu saja Pasar (Johar).

Simpang Lima, saat ini sudah menjadi pusat bisnis. Mulai dari Mal Citra dan Hotelnya, Plasa Simpang Lima dan Hotel Horizon, Eks Mickey Mourse yang di lantai dua ditempati Courts (Jaringan Retail dari Inggris, yang di Indonesia berpusat di Denpasar), Robinson (eks Bioskop Gajah Mada), Bioskop E-Plaza (d/h Plaza). Sisanya, hanya Masjid Baiturrahman dan Kantor Telekom.

Kembali tentang Sholat Ied, sebenarnya panitia membagi lapangan menjadi dua bagian, yakni untuk Pria di sebelah utara, dan Wanita di sebelah Selatan. Tempat Imamnya berada di titik pertemuan antara jalan Pandanaran dan Simpang Lima.

Tapi yang terjadi adalah, jamaah yang datang dari arah jalan Gajah Mada (sebelah utara), tidak perduli laki-laki atau perempuan segera menggelar sajadahnya di lapangan sebelah utara yang sebenarnya diperuntukkan bagi jamaah laki-laki. Bahkan lebih parahnya mereka cenderung menggelarnya di jalanan terutama di Jalan Gajah Mada dan jalan di depan Citraland. Tidak masuk ke lapangan, dan lapangan pun dibiarkan kosong. Bahkan kalau ditarik garis lurus, dari tempat Imam ke arah depan Masjid Baiturrahman, akan banyak jamaah yang telah melewati tempat Imam. Dan itu berlangsung sudah bertahun-tahun lamanya tanpa ada perbaikan.

Yang mengenaskan adalah, Lapangan Pancasila sendiri lebih banyak kosongnya. Jamaah tidak perduli datang dari arah mana, malas untuk berjalan dan menempati tempat yang disediakan. Mereka lebih memilih di jalanan, yang relatif lebih dekat dengan tempat mereka datang. Baik itu dari arah timur, maupun dari jalan Pahlawan. Jadi kalau dilihat dari atas, saat Sholat Idul Fitri, yang terlihat adalah hamparan tanah kosong dan lautan manusia yang mengelilinginya.

Articles

Catatan Ramadhan 1427 H – Cobaan saat Ramadhan

In Personal on Oktober 26, 2006 oleh nonblogs

Hari ini, sudah genap 2 hari, Ramadhan 1427 H berlalu. Entah sudah berapa Ramadhan saya temui. Kalau dihitung sejak mulai berpuasa penuh, mungkin sekitar 20an Ramadhan yang pernah saya temui. Saya sendiri sudah tidak ingat mulai umur berapa mulai berpuasa secara penuh.

Ramadhan dan cobaan, bak sebuah dua sisi mata uang, yang akan selalu bersisian sampai diujung waktu. Meskipun dalam kadar yang berbeda. Tuhan pun Maha Adil dan Maha Tahu. Dia tidak akan menurunkan cobaan kepada yang tak akan kuat untuk menerimanya.

Cobaan serasa ujian bagi siswa untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Kita yang jarang sekali sadar. Mungkin prasangka buruk yang timbul. Bahkan kepada Allah SWT sekalipun.

Dari sekian Ramadhan, mungkin Ramadhan kali ini cobaan seolah tiada berhenti. Atau mungkin saya sebagai hambanya yang selama ini tidak pernah menganggapnya sebagai cobaan?

Cobaan pertama, datang 3 hari menjelang bulan Puasa datang. Tekanan darah tiba-tiba turun drastis. Bahkan sampai 4 hari berturut-turut. Tidak biasanya saya mengalami hal ini. Normalnya, cukup satu hari untuk kembali ke kondisi semula. Alhamdulillah, hari ke 4 yang bertepatan dengan hari pertama bulan Ramadhan 1427 H, kondisi berangsur pulih.

Bulan Ramadhan kali ini, memang istimewa. Sampai dengan minggu ketiga bulan September, kemarau masih melanda. Dan akibatnya, kering!. Inilah cobaan yang tak terduga sebelumnya. Bulan yang sama tahun lalu, saat kemarau, sumurpun tak sekering sekarang. Entah kenapa dengan tahun ini. Tiba-tiba saja Bulan Ramadhan disambut dengan gangguan sumber kehidupan. Mungkin ini, “bonus” buat kita supaya lebih khusyuk dalam berpuasa.

Cobaan berikutnya, mungkin ini sering terjadi, tapi menjadi istimewa karena terjadi saat puasa dan dalam tempo yang lama. Apa itu? Lampu mati! Mungkin ini cerita lama, tapi baru sekarang ini lampu mati hampir 24 Jam! Dan terjadi di hari Minggu pula, disaat orang menggunakannya untuk beristirahat. Mulai dari jam 5 pagi hingga jam 2 siang, dan mati lagi dari jam 5 sore sampai jam setengah sebelas malam, dan padam lagi dari dari jam 2 hingga jam 9 pagi. 33 tahun baru sekali ini hampir 24 jam tanpa lampu.

Dan penutup cobaan itu terjadi di minggu terakhir Ramadhan. Sempat 4 hari berpuasa di kampung halaman, Semarang. Dan yang tak terduga. cuacanya sungguh menyiksa. Orang bilang, Jakarta itu panas, tapi ternyata Semarang lebih panas lagi. Menurut adik saya yang tinggal di Semarang, suhu di Semarang terkadang bisa mencapai 39 derajat celcius! Wow dahsyat. Tenggorokan terasa sangat kering terutama di siang hari. Dan dimalam hari, dua tiga gelas air pun masih terasa kurang. Untuk urusan aktivitas, harus berpikir dua kali jika mau keluar rumah di siang hari. Panas dan kering. Benar-benar menguras tenaga.

Tanpa cobaan, mungkin kita tidak akan pernah dapat bisa berjalan sendiri dengan dua kaki. Atau kita sampai sekarang masih di kelas satu SD. Allah SWT adalah penulis skenario dan sutradara yang tiada tertandingi. Ada rencana yang tak kita ketahui. Tugas kita adalah mempersiapkan diri saat skenario itu datang. Tuhan telah memberi kita peralatan. Dan saat cobaan sudah terlewati, ada pelajaran yang terpetik untuk persiapan cobaan berikutnya.

Articles

Double Track Jakarta-Serpong, Bikin Macet?

In Opini on Oktober 19, 2006 oleh nonblogs


Buat pengguna jalan yang terbiasa melintasi perlintasan Kereta Api Stasiun Palmerah, siap-siap bertambah kesabarannya di tahun 2007 nanti. Apa sebab?

Sudah beberapa bulan ini di dekat Stasiun Palmerah ada pembangunan rel double track yang menghubungkan Stasiun Tanah Abang hingga Serpong. Diharapkan jika rel double track ini selesai, perpindahan orang antara Jakarta – Tangerang akan lebih mudah, selain dihubungkan dengan Jalan Tol Jakarta-Tangerang yang sudah lama berfungsi.

Pembangunan rel double track ini sendiri, kabarnya juga akan merombak stasiun-stasiun yang akan dilewatinya. Dimulai dari Stasiun Tanah Abang, Palmerah, Kebayoran Lama, terus hingga Stasiun Serpong. Dan stasiun-stasiun tersebut yang sebelumnya terkesan kumuh, dan mudahnya orang tanpa tiket keluyuran di sekitar stasiun, diharapkan dengan perombakan total ini, semuanya akan berubah. Karena di sistem yang baru nanti, penumpang tanpa tiket tidak akan dapat masuk ke lingkungan stasiun. Dan juga, akan akan diberlakukan sistem tiket elektronik. Bentuknya bagaimana, kita tunggu saja.

Kereta yang akan digunakan, biasanya kereta eks Jepang yang kondisinya masih bagus. Yang selama ini sudah banyak digunakan di sekitar Jabodetabek. Dan jalur itu akan beroperasi 24 jam! Wow.

Tambah bagus dong? Eit, ntar dulu. Kalau kita lihat dari sisi itu tadi memang kesannya menjanjikan. Tapi bagaimana dengan kemacetan yang timbul di tiap perlintasan yang ada?

Kita ambil contoh, perlintasan antara SMA 24 dan Pasar Palmerah, dengan single track yang ada sekarang saja, jika jam pergi-pulang kantor dan ada kereta yang melintas, kemacetannya sudah parah. Bagaimana dengan double track nanti? Setelah perlintasan Palmerah, perlintasan berikutnya yang rawan macet adalah perlintasan Permata Hijau – Senayan. Kemacetan akan timbul terutama kendaraan yang berasal dari arah Permata Hijau. Tanpa ada kereta yang melintas pun, karena ada traffic light, kemacetannya sudah sedemikian parah (terutama pagi dan sore).

Bagaimana solusinya? Biasanya sih Pemerintah akan membangun Jembatan Layang atau Underpass. Kalau Underpass mungkin bisa diterapkan di perlintasan Permata Hijau, karena kalau dilihat dari lahan yang tersedia masih memungkinkan. Saya tidak bisa membayangkan kalau Underpass dibangun di Palmerah. tambah macet kali ya… Kalau Jalan Layang? Wah tambah nggak bisa membayangkan lagi …..

Menurut anda?

Articles

Saatnya Berhenti Sejenak

In Working on Oktober 16, 2006 oleh nonblogs

Salah satu hobi yang saya sesali adalah membaca. Kenapa? Kenapa baru sekarang saya mempunyai hobi membaca? Saya membayangkan jika, hobi itu timbul dulu saat masih dibangku sekolah atau kuliah. Mungkin hasil belajar saya dulu akan lain hasilnya.

Karena saya dulu termasuk murid atau mahasiswa yang biasa saja. Sempat mengalami ”masa keemasan” sebagai murid saat kelas satu sampai dengan kelas dua SD. Dan selanjutnya pelan-pelan masuk masa ”warna-warni” dengan adanya tinta merah di raport sejak kelas tiga SD. Masa itu berlanjut hingga kelas satu SMA.

Dan secara tidak sengaja, mulai meraih kembali ”masa keemasan” saat duduk di kelas 2 SMA. Itupun saya nikmati hanya kira-kira 2 tahun hingga saat bisa menembus UMPTN tahun 1991. Setelah itu kembali menjadi biasa-biasa saja. Bahkan terkadang sangat terpuruk. Tapi namanya kehidupan yang layaknya roda berputar. Terkadang ada masa dibawah, ada pula saatnya diatas.

Saya tidak tahu persis, kapan tepatnya saya mulai suka membeli buku dan membaca. Mungkin kebiasaan ini tidak saya sadari sedari dulu. Dan mencapai puncaknya saat mulai bekerja, dimana karena tuntutan pekerjaan, mau tidak mau saya harus banyak membaca. Sebenarnya tidak hanya karena tuntutan pekerjaan. Faktor yang paling banyak berpengaruh mungkin karena saat mulai berkarir, dan belum berkeluarga, saya masih punya banyak waktu. Jadi untuk membunuh waktu itulah, banyak saya habiskan untuk mengeksplorasi toko buku dan membacanya di tempat kos sebagai ganti menonton TV. Bukan berarti saya anti nonton TV. Tapi membaca dapat saya lakukan kapan saja saya mau. Saat dipagi hari sebelum ke kantor, atau saat istirahat malam selepas kerja. Atau di kamar mandi saat buang air besar. Meskipun hanya dapat satu dua halaman. Atau bahkan hanya satu atau dua paragraf. Tidak menjadi masalah.

Sudah banyak buku yang saya baca. Meskipun diantaranya tidak selesai. Bahkan bisa jadi sebuah buku itu hanya separo yang saya baca. Tetapi untuk buku-buku yang menarik, bahkan bisa saya baca hingga dua kali.

Salah satu contohnya adalah Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy. Sebuah novel multidimensi. Ada yang menyebutnya novel penggugah jiwa. Atau bisa juga disebut novel roman, karena bercerita tentang cinta sesama anak manusia. Tidak salah juga disebut novel politik, saat penulis banyak bercerita tentang pengaruh kekuasaan otoriter pemerintah Mesir, layaknya pemerintahan Orde Baru di Indonesia.

Tokoh-tokohnya antara lain, Fahri, seorang mahasiswa Indonesia sederhana yang sedang menuntut ilmu di Al Azhar Cairo. Tokoh lain, saya sangat suka namanya terutama nama belakangnya, Nurul Azkiya. Mahasiswi putri seorang kyai di Indonesia yang punya sebuah pondok pesantren. Adapula tokoh yang bernama Maria, beragama Kristen, yang sangat fasih membaca Al-Quran.

Sangat jarang saya mendapatkan buku sebagus ini. Selain jalan ceritanya yang cukup memberi kejutan di setiap babnya, yang paling berkesan buat adalah pemilihan kata-katanya yang begitu indah. Sungguh tidak mudah untuk menhasilkan kata-kata indah seperti itu bagi seorang pemula. Dan saya terkejut saat melihat usia penulis yang masih cukup muda, kelahiran tahun 1976, tetapi sudah banyak hal diperbuatnya. Terutama di bidang penulisan. Dan bertambah gembira saat mengetahui ternyata dia berasal dari kota yang sama dengan saya. Kota yang begitu saya cintai, Semarang. Kota yang sering dianggap sebelah mata dalam banyak hal dibandingkan kota-kota besar lain di Pulau Jawa.

Buku lain yang menarik, dan kebetulan saat ini sedang saya baca, adalah In Praise of Slow karya Carl Honore. Seorang jurnalis, tinggal di London. Dia telah menulis untu Economist, Observer, National Post, dan Houston Cronicle.

Dia banyak bercerita tentang perlunya manusia saat ini untuk sedikit melambatkan tempo kehidupan sehari-hari. Semua orang berpikir dan bertindak memacu kecepatan. Mobil yang melaju serba cepat layaknya sebuah pesawat jet. Kecepatan komputer yang cepat sekali bertambah di waktu yang sangat pendek

Efek yang ditimbulkan oleh filosofi serba cepat itu tidak hanya efek positif. Tetapi juga efek negatif. Berapa orang yang mengalami tekanan atau depresi karena tuntutan pekerjaan yang semakin berat? Terlebih saat globalisasi seperti ini. Berapa banyak anak-anak yang sehari-hari tidak melihat ayah bahkan ibunya. Dipagi hari saat dia membuka mata, yang dilihatnya hanya sang baby sitter yang begitu setia menemani hari-harinya. Meskipun dengan gaji yang pas-pasan. Dan saat tidur di malam hari, ibunya pun belum menunjukkan batang hidungnya, karena masih sibuk dengan angka-angka yang begitu mencemaskan.

Sebenarnya filsafat lambat yang diulas di buku ini, tidak untuk melawan kecepatan dan ketergesa-gesaan yang sekarang mewabah dimana-mana. Prinsip utama dari filasat lambat ini yakni menyisihkan waktu untuk melakukan segala sesuatu secara lebih proporsional agar orang dapat lebih menikmati prosesnya. Apapun dampaknya terhadap neraca ekonomi, filsafat lambat memberikan hal-hal yang sangat membahagiakan kita, seperti kesehatan yang baik, lingkungan yang didambakan, hubungan masyarakat yang kuat, dan bebas dari hasrat untuk selalu tergesa-gesa.

Sungguh, buku ini begitu dahsyat buat saya. Inspiratif!. Saya tidak tahu persis mengapa saya begitu terinspirasi dengan buku ini. Mungkin karena saya begitu banyak menhabiskan waktu di tempat kerja. Tuntutan pekerjaan yang begitu tinggi, deadline ketat, komplain dari klien yang selalu menghantui. Urusan rumah tangga yang tiada berhenti muncul. Begitu berat. Mungkin sekarang waktu yang tepat untuk berhenti sejenak. Dan saya mendapat momen yang tepat.

Karena buku ini, saya menjadi merenung kembali, apa yang telah saya jalani selama ini, terutama masa 3 tahun terakhir yang begitu dinamis. Baik itu di tempat kerja maupun di rumah tangga.

Dan saya menemukan waktu yang tepat untuk menjalaninya. Berhenti sejenak, bersujud, merenung, berzikir, di akhir ramadhan kali ini.Dan bersilaturahmi untuk berharap hapusnya dosa di kampung halaman.

Ketika masih muda, kau cari harta dengan mengorbankan kesehatan;
Ketika tua, kau cari kembali kesehatan dengan mengorbankan hartamu.
Akhirnya yang kau dapat hanya sepetak tanah dan batu nisan
Karena yang kau miliki terhanya hanya hak pakai saja
dan tidak bisa dibawa ke akhirat.

Ketika di akhirat kau masih risau dengan mereka
yang ada di dunia.

Lalu apa yang dinamakan dengan kebahagiaan?
Padahal surga jelas-jelas ada di hadapanmu, tanah yang kau pijak dan tubuhmu adalah tanah suci adanya. Karena itu hidup momen demi momen adalah indah dan suci untuk dijalani, seperti halnya di dalam biji sudah ada pohon.

Articles

Lambat itu Indah

In books,Living,Working on Oktober 11, 2006 oleh nonblogs

Siapa bilang lambat itu negatif? Mungkin dibenak kita selama ini, kata lambat, sering berkonotasi serba negatif. Bisa berarti bodoh,lelet. Tapi benarkah demikian?

Boleh jadi pemikiran seperti itu, sekarang perlu dipinggirkan. Silahkan baca In Praise of Slow. Sejak dari halaman depan hingga bagian akhir buku ini seolah menyadarkan kita, bahwa kita sebenarnya butuh KELAMBATAN.

Contoh paling aktual, saat kita sholat, butuhkah kita akan kecepatan?

Dunia sekarang memang menuntut serba cepat. Kecepatan komputer yang semakin dahsyat dengan siklus yang semakin pendek. Berbagai tekhnologi diciptakan untuk menunjang pekerjaan kita supaya lebih cepat selesai. Begitu pekerjaan selesai, benarkah betul-betul selesai? Yang terjadi mungkin malah pekerjaan baru yang segera datang. Akibatnya, kita jadi miskin waktu. Manusia yang diciptakan Allah, setelah adanya alam semesta, malah menjadi budak. Bukan menjadi tuan bagi alam.

Dengan tuntutan kecepatan yang semakin dahsyat, tidak kita sadari ada pihak-pihak yang menjadi korban. Bisa anak kita, keluarga, saudara, hobi. Walaupun sebenarnya kalau kita sadari, jika kita berlama-lama di tempat kerja malah mengakibatkan tidak produktif, mudah membuat kesalahan, ketidakbahagiaan, dan sakit. Bahkan mati!

Di Jepang, ada istilah “karoshi” yang berarti “mati karena kerja”. Korban paling terkenal dari karoshi adalah Kamei Shuji, seorang pialang saham yang bekerja secara rutin selama 90 jam per minggu selama berminggu-minggu, ketika pasar saham Jepang mengalami booming pada akhir 1980an. Dengan kesuksesannya, dia menjadi standar bagi perusahaan. Shuji diminta melatih seniornya dalam hal seni penjualan. Dan ketika pasar saham Jepang mengalami penggelembungan pada 1989, Shuji bekerja lebih lama lagi. Dan di akhir 1990an tiba-tiba terkena serangan jantung, dan meninggal pada usia 26 tahun. Tragis!.

Apa yang harus kita lakukan? Haruskah kita menghentikan aktivitas kita?.

Tips dari Carl Honore (penulis buku ini) adalah:

  • Leave holes in the diary rather than striving to fill every moment with activity. Easing the pressure on your time will help you to slow down.
  • Set aside a time of day to turn off all the technology that keeps us buzzing – phones, computers, pagers, email, television, radio. Use the break to sit quietly somewhere, alone with your thoughts. Or try meditating.
  • Make time for at least one hobby that slows you down, such as reading, painting, gardening or yoga.
  • Eat supper at the table instead of balancing it on your lap it in front of the TV.
  • Always monitor your speed. If you’re doing something more quickly than you need to simply out of habit, then take a deep breath and slow down.

Articles

Biar Nggak Nyasar di Jakarta

In Uncategorized on Oktober 5, 2006 oleh nonblogs

Anda baru saja tinggal di Jakarta? Sering nyasar? Jangan takut, banyak kok temannya. Saya cuma ingin sharing pengalaman saja. Dulu pertama kali datang ke Jakarta, wah blank deh.. Mau kemana nggak tahu harus naik apa. Coba-coba naik angkot, eh nyasar.

Beruntung saya harus menghabiskan banyak waktu di lapangan. Alias orang lapangan. Dan beruntung pula saya punya temen kantor orang Medan. Kenapa orang Medan. Teman saya ini dulu pernah jadi Sopir tembak Taxi Prestasi. Jadi harap maklum kalau dia tahu seluk beluk Jakarta, termasuk jalur angkot. /p>

Akhirnya, kalau mau kemana-mana saya sering tanya dia. Dan kebiasaan di Jakarta, kalau kita mau ke jurusan tertentu, hampir mustahil kita naik satu angkutan terus langsung sampai. Anda harus pindah angkutan. Contoh, kalau dari Blok M ke Mangga Dua. Sekarang lebih enak, pertama naik Bus Trans Jakarta turun di Stasiun Kota. Turun lalu jalan kaki sebentar terus naik mikrolet jurusan Ancol. Atau bisa juga naik ojek sepeda.

So biar nggak nyasar :

  • Beli Peta Jakarta. Sering-sering dibaca, jangan cuma buat pegangan.
  • Sering tanya. Kalau anda tanya jalan atau arah di Jakarta, saran saya tanyalah ke lebih dari satu orang. Kebanyakan orang Jakarta kalau ditanya sok yakin nunjuk arahnya. Padahal bisa saja ngawur.
  • Pilih-pilih orang yang ditanya. Lebih baik tanya ke polisi, atau tukang ojek, bisa juga ke sopir angkot. Atau ketiga-tiganya.
  • Naik Angkutan Umum. Buat lebih ngerti Jakarta, lebih baik seringlah naik angkot. Dengan naik angkot, anda akan lebih ngerti jalur-jalur. Meskipun kadang jalur-jalur angkot sering lebih jauh dibandingkan jika kita naik kendaraan sendiri.
  • Hati-hati. Kalau anda naik angkutan umum terutama Bis/Metromini/Kopaja DISARANKAN hindari duduk atau berdiri di belakang. Lebih baik anda duduk atau berdiri sepertiga bagian depan.

Semoga bermanfaat !

Articles

Biar Nggak Nyasar di Jakarta

In Uncategorized on Oktober 5, 2006 oleh nonblogs

Anda baru saja tinggal di Jakarta? Sering nyasar? Jangan takut, banyak kok temannya. Saya cuma ingin sharing pengalaman saja. Dulu pertama kali datang ke Jakarta, wah blank deh.. Mau kemana nggak tahu harus naik apa. Coba-coba naik angkot, eh nyasar.

Beruntung saya harus menghabiskan banyak waktu di lapangan. Alias orang lapangan. Dan beruntung pula saya punya temen kantor orang Medan. Kenapa orang Medan. Teman saya ini dulu pernah jadi Sopir tembak Taxi Prestasi. Jadi harap maklum kalau dia tahu seluk beluk Jakarta, termasuk jalur angkot. /p>

Akhirnya, kalau mau kemana-mana saya sering tanya dia. Dan kebiasaan di Jakarta, kalau kita mau ke jurusan tertentu, hampir mustahil kita naik satu angkutan terus langsung sampai. Anda harus pindah angkutan. Contoh, kalau dari Blok M ke Mangga Dua. Sekarang lebih enak, pertama naik Bus Trans Jakarta turun di Stasiun Kota. Turun lalu jalan kaki sebentar terus naik mikrolet jurusan Ancol. Atau bisa juga naik ojek sepeda.

So biar nggak nyasar :

  • Beli Peta Jakarta. Sering-sering dibaca, jangan cuma buat pegangan.
  • Sering tanya. Kalau anda tanya jalan atau arah di Jakarta, saran saya tanyalah ke lebih dari satu orang. Kebanyakan orang Jakarta kalau ditanya sok yakin nunjuk arahnya. Padahal bisa saja ngawur.
  • Pilih-pilih orang yang ditanya. Lebih baik tanya ke polisi, atau tukang ojek, bisa juga ke sopir angkot. Atau ketiga-tiganya.
  • Naik Angkutan Umum. Buat lebih ngerti Jakarta, lebih baik seringlah naik angkot. Dengan naik angkot, anda akan lebih ngerti jalur-jalur. Meskipun kadang jalur-jalur angkot sering lebih jauh dibandingkan jika kita naik kendaraan sendiri.
  • Hati-hati. Kalau anda naik angkutan umum terutama Bis/Metromini/Kopaja DISARANKAN hindari duduk atau berdiri di belakang. Lebih baik anda duduk atau berdiri sepertiga bagian depan.

Semoga bermanfaat !

Articles

Tips Saat Sahur

In Others on Oktober 5, 2006 oleh nonblogs

Dulu saat masih kos, pada waktu makan sahur adalah waktu paling males untuk bangun. Sudah gitu, harus keluar ke warung dulu buat beli makan. Kalau boleh memilih antara makan sahur dan tidur, kayaknya mending tidur deh. Tapi ya resikonya kalau siang jadi lemes.

Saya punya temen kos, namanya Pak Dupo. Kalau saya liat, dia tuh paling jarang makan sahur. Paling bangun sebentar, habis itu tidur lagi.

Pernah saya tanya, Nggak makan sahur pak? Emangnya nggak lemes? Wah saya nggak pernah makan nasi kalau sahur. Soalnya kalau makan nasi justru nanti siang malah lemes dan lapar.

Menurut Pak Dupo, setiap sahur, biar nggak lemes pas puasa. Dia minum madu dua sendok makan habis itu minum segelas air putih. Kalau makan ya paling roti tawar. Dijamin, tetep seger sampai bedug maghrib.

Dan ternyata begitu saya coba, memang bener. Akhirnya kebiasaan itu sampai sekarang saya lakuin. Tapi tetep saja saya sebelumnya makan nasi, buat cadangan tenaga aja.

Articles

Tips Saat Sahur

In Others on Oktober 5, 2006 oleh nonblogs

Dulu saat masih kos, pada waktu makan sahur adalah waktu paling males untuk bangun. Sudah gitu, harus keluar ke warung dulu buat beli makan. Kalau boleh memilih antara makan sahur dan tidur, kayaknya mending tidur deh. Tapi ya resikonya kalau siang jadi lemes.

Saya punya temen kos, namanya Pak Dupo. Kalau saya liat, dia tuh paling jarang makan sahur. Paling bangun sebentar, habis itu tidur lagi.

Pernah saya tanya, Nggak makan sahur pak? Emangnya nggak lemes? Wah saya nggak pernah makan nasi kalau sahur. Soalnya kalau makan nasi justru nanti siang malah lemes dan lapar.

Menurut Pak Dupo, setiap sahur, biar nggak lemes pas puasa. Dia minum madu dua sendok makan habis itu minum segelas air putih. Kalau makan ya paling roti tawar. Dijamin, tetep seger sampai bedug maghrib.

Dan ternyata begitu saya coba, memang bener. Akhirnya kebiasaan itu sampai sekarang saya lakuin. Tapi tetep saja saya sebelumnya makan nasi, buat cadangan tenaga aja.

Articles

Flexibility Working Hours

In Working on Oktober 4, 2006 oleh nonblogs

Mungkin belum terbiasa bagi kita, saat Job Interview kita menanyakan tentang Fleixibity Working Hours. Apa sih maksudnya?

Dari 24 jam sehari waktu yang tersedia buat kita, paling tidak sekitar 9 jam kita habiskan untuk pekerjaan. Sisanya untuk hal-hal yang lain. Mungkin bisa mengantarkan anak sekolah, olah raga, beres-beres rumah, atau tiba-tiba harus mengantarkan anak ke dokter.

Kalau urusannya sudah urgent seperti ke dokter itu, mungkinkah bos ngasih ijin?

Mungkin kalau bosnya masih punya hati, nggak masalah. Tapi bagaimana kalau yang kita hadapi bosnya yang kaku? Kan berabe …

Flexibility Working Hours bisa ditempuh salah satunya adalah dengan “flexible hours scheme”. Yang umum terjadi sekarang adalah satu kantor jam kerjanya seragam yakni dari jam 9 sampai 6, atau dari jam 8 sampai jam 5.

Nah dengan “flexible hours scheme” ini aturan itu bisa dirubah dengan memberi keleluasaan pada karyawan untuk memilih jam kerja. Misal ditawarkan pilihan jam 7-4, 8-5, atau dari jam 9-6.

Dengan cara itu, karyawan yang tinggal di daerah Botabek bisa lebih fleksibel memilih waktu yang sesuai, dicocokkan dengan kemacetan atau kesibukan mengurus rumah tangga.

Keuntungan dari system ini antara lain :

  • Menghindari kemacetan bagi komuter
  • Working life balance, kehidupan anda akan lebih seimbang. Ingat, anda masih punya personal life di luar kantor.
  • Buat perusahaan keuntungannya adalah tetap bisa mempertahankan loyalitas karyawan yang potensial.