Articles

Sejarah Kompas yang Hilang

In Media on Maret 21, 2006 by nonblogs

Sulit rasanya saat ini mendapatkan media yang independent, dan tidak menjadi corong bagi satu pihak baik itu partai politik atau golongan agama tertentu. Ada media yang terang-terangan memang menjadi media untuk golongan agama tertentu. Mungkin bisa saya sebut disini adalah Majalah Sabili, yang secara gamblang menunjukkan keberpihakannya kepada kepentingan umat Islam.

Tetapi ada juga media yang sebenarnya adalah corong dari kelompok tertentu di masyarakat tetapi tidak menunjukkannya secara gamblang kepada khalayak ramai. Hal tersebut bisa karena sebagai sebuah strategi agar apa yang disampaikan dapat diterima masyarakat. Sebab bisa saja masyarakat apriori terlebih dahulu jika sudah mengetahui bahwa media itu menjadi corong golongan tertentu.

Kompas sebagai salah satu media yang menjadi tolok ukur media di Indonesia, ternyata cukup hati-hati dalam menempatkan diri di benak orang. Di booklet yang disebarluaskan pada saat Pameran Industri Pers Indonesia 2005 yang berlangsung di Assembly Hall – Jakarta Convention Center 3-5 Juni 2005, tercantum bahwa Kompas lahir pada 28 Juni 1965 yang digawangi oleh Jakob Oetama dan Auwjong Peng Koen (P.K. Ojong). Keduanya merupakan pendiri majalah Intisari dimana Jakob Oetama sebagai Pemimpin Redaksi.

Di booklet disebutkan bahwa Jenderal Achmad Yani sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat minta Frans Seda menerbitkan koran yang independen, kredibel dan seimbang. Frans Seda kemudian bicara dengan beberapa rekannya seperti: Kasimo, P.K. Ojong dan Jakob Oetama mengenai kemungkinan diterbitkannya koran tersebut.

Dan kita tahu semua bahwa koran tersebut akhirnya lahir dan diberi nama Bentara Budaya. Tetapi Presiden Soekarno mengusulkan untuk mengubah menjadi KOMPAS, artinya Penunjuk Arah.

Sampai disini sepintas terkesan tidak ada yang istimewa. Tetapi jika kita baca tulisan dari Coen Husain Pontoh yang berjudul Amanat Hati Nurani Karyawan di Majalah Pantau edisi April 2001, ternyata ada sejarah yang hilang. Atau dihilangkan?

Sejarah yang tak nampak itu adalah ternyata Presiden Soekarno meminta pendirian tersebut ke Partai Katolik. Dan tokoh-tokoh Katolik yang turut serta mengadakan pertemuan untuk mewujudkan keinginan tersebut adalah P.K. Ojong, Jakob Oetama, R.G. Doeriat, Frans Xaverius Seda, Policarpus Swantoro, R. Soekarsono bersama beberapa wakil elemen hierarkis dari Majelis Agung Wali Gereja Indonesia (MAWI): Partai Katolik, Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Pemuda Katolik dan Wanita Katolik. Mereka sepakat mendirikan Yayasan Bentara Rakyat.

Pendirian Kompas sendiri tidak berlangsung mulus, sempat muncul halangan saat pengajuan izin ke Panglima Militer Jakarta Letnan Kolonel Dachja, yakni bahwa izin akan keluar jika syarat 5000 tanda tangan pelanggan terpenuhi.

“Bagaimana ini, koran belum terbit kok sudah disyaratkan 5.000 pelanggan. Itu kan berarti meminta sesuatu yang tidak mungkin, toh?“ gerutu Seda. Apakah mereka mundur?

Tidak, kaki terlanjur dilangkahkan, niat sudah dipancangkan. Menghadapi birokrasi yang menghambat, tokoh-tokoh Katolik ini lari Pulau Flores, yang mayoritas penduduknya beragama Katolik. Di Flores, mereka mengumpulkan tanda tangan anggota partai, guru sekolah, dan anggota anggota koperasi kopra di Kabupaten Ende Lio, Kabupaten Sikka, dan Kabupaten Flores Timur.

“Kami berhasil mengumpulkan 5.000 tanda tangan dan kita kirim ke Jakarta menggunakan karung. Kaget mereka dan tidak bisa lagi menolak,“ kenang Seda, dengan mata berbinar-binar.

Jadi kalau kita cermati di dua sumber tulisan ini, jelas ternyata hal-hal yang berbau Katolik di awal pendirian Kompas dihilangkan di booklet yang diterbitkan Kompas pada Pameran Industri Pers 2005. Entah ada maksud apa dengan penghilangan unsur sejarah yang cukup penting tersebut.

Mungkinkah Kompas tidak ingin masyarakat luas mengetahui sejarah yang sebenarnya bahwa Kompas didirikan untuk menyuarakan kepentingan pemeluk Katolik? Kompas jelas tidak menginginkan lepasnya pasar mereka yang sudah sedemikian besar. Dan juga dengan tidak diketahuinya latar belakang Kompas yang sebenarnya, diharapkan masyarakat dapat menangkap kepentingan-kepentingan kaum Katolik yang diutarakan sedemikan halusnya.

Hal ini dapat dilihat dari pergantian Pemimpin Redaksi Kompas dari Jakob Oetama ke Suryopratomo yang beragama Islam. Dengan wajah Islam di pimpinan puncak, diharapkan masyarakat dapat menerima pesan-pesan yang disampaikan.

Dan sebagai konsumen media, sudah seharusnya kita bersikap kritis dan mempunyai filter terhadap hal-hal tersebut. Karena jika kita tidak kritis, lambat laun otak kita akan tercuci dan mengikuti arus pemikiran mereka.

Semoga bermanfaat?


32 Tanggapan to “Sejarah Kompas yang Hilang”

  1. Assalamu’alaikum
    Jazakallah atas informasi sejarah KOMPASnya,sangat membantu unt referensi tugas KIK.

  2. Assalamu’alaikumJazakallah atas informasi sejarah KOMPASnya,sangat membantu unt referensi tugas KIK.

  3. Assalamu’alaikum
    Jazakallah atas informasi sejarah KOMPASnya,sangat membantu unt referensi tugas KIK.

  4. Good blog! Ada info web blog best seller di: http://hatinurani21.wordpress.com/ . Artikel2 dalam web blog ini menjawab secara kritis, analitis, rasional, dalam, dan tuntas tentang berbagai permasalahan bangsa saat ini. Termasuk kelicikan, kelihaian, keindahan dan kehebatan begawan politik Soeharto dalam menipu bangsanya berkali-kali (tidak hanya sekali). Membaca artikelnya, menyadarkan kita: ternyata bangsa ini terus menerus digombali regim Soeharto. Selamat mengunjungi, membaca dan berkomentar. Dijamin puas. Salam.

  5. Good blog! Ada info web blog best seller di: http://hatinurani21.wordpress.com/ . Artikel2 dalam web blog ini menjawab secara kritis, analitis, rasional, dalam, dan tuntas tentang berbagai permasalahan bangsa saat ini. Termasuk kelicikan, kelihaian, keindahan dan kehebatan begawan politik Soeharto dalam menipu bangsanya berkali-kali (tidak hanya sekali). Membaca artikelnya, menyadarkan kita: ternyata bangsa ini terus menerus digombali regim Soeharto. Selamat mengunjungi, membaca dan berkomentar. Dijamin puas. Salam.

  6. Good blog! Ada info web blog best seller di: http://hatinurani21.wordpress.com/ . Artikel2 dalam web blog ini menjawab secara kritis, analitis, rasional, dalam, dan tuntas tentang berbagai permasalahan bangsa saat ini. Termasuk kelicikan, kelihaian, keindahan dan kehebatan begawan politik Soeharto dalam menipu bangsanya berkali-kali (tidak hanya sekali). Membaca artikelnya, menyadarkan kita: ternyata bangsa ini terus menerus digombali regim Soeharto. Selamat mengunjungi, membaca dan berkomentar. Dijamin puas. Salam.

  7. Kapan kalian dewasa,kenapa selalu yg bagus kalian cerca dengan SARA.Dewasalah bangsa ini tidak akan pernah maju kalau generasinya seperti kalian.

  8. Kapan kalian dewasa,kenapa selalu yg bagus kalian cerca dengan SARA.Dewasalah bangsa ini tidak akan pernah maju kalau generasinya seperti kalian.

  9. Kapan kalian dewasa,kenapa selalu yg bagus kalian cerca dengan SARA.Dewasalah bangsa ini tidak akan pernah maju kalau generasinya seperti kalian.

  10. Gw Muslim, tapi gw gak percaya tuh sabili belain Islam beneran. ini bisnis bos. itung aja, kalo tuh majalah bisa terus ngompor2in orang Islam kayak kalian, berarti kan ada pembelinya. coba dia nulis yang moderat, kalian kan gak mo beli. jadi semua bisnis, cari duit. secara jumlah orang kayak kalian dan jumlah penggemar [playboy sama, so bersainglah playboy dan sabili mencari market. tul gak??

  11. Gw Muslim, tapi gw gak percaya tuh sabili belain Islam beneran. ini bisnis bos. itung aja, kalo tuh majalah bisa terus ngompor2in orang Islam kayak kalian, berarti kan ada pembelinya. coba dia nulis yang moderat, kalian kan gak mo beli. jadi semua bisnis, cari duit. secara jumlah orang kayak kalian dan jumlah penggemar [playboy sama, so bersainglah playboy dan sabili mencari market. tul gak??

  12. Gw Muslim, tapi gw gak percaya tuh sabili belain Islam beneran. ini bisnis bos. itung aja, kalo tuh majalah bisa terus ngompor2in orang Islam kayak kalian, berarti kan ada pembelinya. coba dia nulis yang moderat, kalian kan gak mo beli. jadi semua bisnis, cari duit. secara jumlah orang kayak kalian dan jumlah penggemar [playboy sama, so bersainglah playboy dan sabili mencari market. tul gak??

  13. tul tuh. bisnis kan ngeliat pasar. jumlah peminat berita kompor sama berita sampahnya play boy sama. jadi keduanya laku. juga pembaca kompas yang kalian anggap pro kafir dan tidak intelek, eh salah islami..

  14. tul tuh. bisnis kan ngeliat pasar. jumlah peminat berita kompor sama berita sampahnya play boy sama. jadi keduanya laku. juga pembaca kompas yang kalian anggap pro kafir dan tidak intelek, eh salah islami..

  15. tul tuh. bisnis kan ngeliat pasar. jumlah peminat berita kompor sama berita sampahnya play boy sama. jadi keduanya laku. juga pembaca kompas yang kalian anggap pro kafir dan tidak intelek, eh salah islami..

  16. yang aku pernah denger, gak jauh beda tuh ma artikel diatas. bahkan babeku bilang, kompas itu kepanjangannya “komunitas Pastor” nah lo…berarti bener kan sejarah diatas???????

  17. “Kenapa yang bagus kalian cerca dengan SARA” apa sih maksudnya “bagus” disini? maaf cuma saya gak begitu paham, mungkin bisa diberikan penjelasan,& mungkin “cerca” kata yang subyektif, & saya pikir sah2 aja kalo kita mau mengeluarkan apa yang menurut kita benar…lagian kalo kita cuma melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang sama, aitu “Kompas yang bagus”, kapan kita melihat sudut pandang orang lain, biar lebih bijak maksudnya…ntar kalo cuma liat 1 sudut pandang apa bedanya dengan orang yang keras kepala & tidak terima pendapat orang lain? Maaf kalo ada kata yang menyakitkan..ini juga cuma pandangan saya…

  18. “Kenapa yang bagus kalian cerca dengan SARA” apa sih maksudnya “bagus” disini? maaf cuma saya gak begitu paham, mungkin bisa diberikan penjelasan,& mungkin “cerca” kata yang subyektif, & saya pikir sah2 aja kalo kita mau mengeluarkan apa yang menurut kita benar…lagian kalo kita cuma melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang sama, aitu “Kompas yang bagus”, kapan kita melihat sudut pandang orang lain, biar lebih bijak maksudnya…ntar kalo cuma liat 1 sudut pandang apa bedanya dengan orang yang keras kepala & tidak terima pendapat orang lain? Maaf kalo ada kata yang menyakitkan..ini juga cuma pandangan saya…

  19. walaupun ulasan di atas sudah uzur, sy tergelitik untuk menanggapinya. Suatu pemikiran yang tidak cerdas, bila mengaitkan segala sesuatunya dengan agama. Suatu media yang penting kan nilai sustansinya, bukan pendirinya.. kenapa kalau memang yang mendirikan orang2 katolik, pernah merasa dirugikan setelah membaca atau menikmati koran kompas. Adakah unsur propaganda yang nampak walaupun secara halus.. grow up boss!!

  20. walaupun ulasan di atas sudah uzur, sy tergelitik untuk menanggapinya. Suatu pemikiran yang tidak cerdas, bila mengaitkan segala sesuatunya dengan agama. Suatu media yang penting kan nilai sustansinya, bukan pendirinya.. kenapa kalau memang yang mendirikan orang2 katolik, pernah merasa dirugikan setelah membaca atau menikmati koran kompas. Adakah unsur propaganda yang nampak walaupun secara halus.. grow up boss!!

  21. daripada terus merasa diri benar…ayo sama-sama kita ungkapkan apa yang kita yakini dengan ilmiah…

    salah satunya bisa kita teliti melalui penggunaan bahasanya…

  22. atw karena sabili kalah pamornya………… hehehehehehehehehehehehehe

  23. ckckck…saya baru tahu ada blog ini saat saya sedang mencari tugas mengenai kompas,,,dan ternyata saya membuang-buang waktu dan tenaga saya untuk membaca blog ini. Zaman apa sekarang kalau kita selalu mengaitkan AGAMA kedalam segala hal???anda, dengan segala bahasa yang cukup menarik menurut saya,,tapi berbicara mengenai sesuatu yang menurut saya SAMPAH.mungkin inilah yang dibilang degradasi bangsa…malu dong,,kemana-mana selalu omongin SARA.but,still,,keep up d good work yaa,,(itupun klo anda mau maju,,)

  24. Kenapa harus menjauhkan AGAMA dalam segala hal, kalau dalam AGAMA ternyata menjawab persoalan SEGALA HAL?

  25. Bukan menjauhkan Agama lebih tepatnya tapi menjauhkan "oknum" yang terlalu fanatik pada Agama tertentu baik itu budha, islam, kristen/katolik ataupun hindu. Bukannya semua agama tersebut mengajarkan kerukunan, damai dan kebaikan? Perbedaan itu sudah ada sejak awal dibuatnya dunia ini dalam segala hal. Dari waktu ke waktu harusnya kita lebih dapat berpikiran positif dalam memanage perbedaan yang ada, bukan dengan fanatik terhadap pandangan pribadi dan menyalahkan pandangan orang lain. Damai itu indah, urusan dunia akhirat itu bukan urusan kita tp menjadi Urusan di Atas, Rahasia Ilahi 🙂

  26. hmmmp…saya rasa apa yang kalian bicarakan dan kalian ulas ini sama sekali "ga penting"..hanya itu yang bisa saya sampaikan setelah mereview blog ini..

  27. saat ini artikelnya dah uzur bgt,tapi ingin menanggapi dikit.
    semua media juga punya ideologi untuk di sebarkan. politik, agama, anything, u name it.
    kita sbg audience, ya musti pinter2 ngeliat frame berita aja. ga semua informasi harus ditelan mentah2 toh?
    cara paling gampang untuk menjadi netral, jangan baca satu koran aja, jangan nonton satu stasiun aja. setelah mengetahui lebih dari satu perspektif ya terserah yang baca mau memproses frame yang mana.
    kalopun kompas base nya katolik, trus, apa yang baca terideologi base katolik? news is news. political indication is the strongest behind any media

  28. Ya sudah, klo takut terideologi katolik, ya gak usah baca, baca koran lai masih banyak koran yang bisa di baca. Jangan menanam paradigma yang sempit….

  29. Ya sudah, klo takut terideologi katolik, ya gak usah baca, baca koran lain masih banyak koran yang bisa di baca. Jangan menanam paradigma yang sempit….

  30. iseng2 browsing dapat artikel ini, baca dikit jadi pengen komen,,
    pemahaman sempit akan membuat anda terpuruk tuk kurun waktu yg tidak dapat di tentukan, jk takut terimbas dari ideologi sperti yg anda bayangkan, baca yg lain saja yg anda rasa lbh bermanfaat dan tidak usah melakukan manufer tidak bermutu.

    • Makanya saya buka kompas kalo nyari iklan promosi di weekend saja. Di hari Jumat kan pembeli koran Kompas kan beli iklan bukan berita atau artikel yang ditulis :p Kalo artikelnya sih nggak pernah saya baca apalagi artikel tentang Islam, paling saya baca judulnya saya sudah tau arah tulisannya. kompas gitu lhoooo. ….

  31. Jangan sinis lah terhadap orang Katolik yang sukses. Mereka orang baik-baik. Mereka punya hak seperti bangsa Indonesia yang beragama lainnya. Seringkali kita meneriakkan pentingnya hak asasi manusia, tapi di sisi lain hati masih belum ikhlas menghormati hak asasi manusia lain. Wah gawat.. Saya juga muslim, dan sejak muda saya bekerja di Harian Kompas. Kompas mengormati semua karyawan muslim/muslimah. Tiap unit/bagian disediakan mushola yang representatif, semua hak-hak ibadah sebagai muslim dijamin dan difasilitasi oleh Kompas. Kalau tidak percaya ayo main ke Kompas.

Tinggalkan Balasan ke E Batalkan balasan