Archive for the ‘Media’ Category

Articles

Masih Perlukah Beli Koran?

In Media on Agustus 5, 2008 oleh nonblogs

Beli Koran? Mmm, sepertinya kok tidak ya.

Kenapa?


1. Bisa baca gratis di kantor. Ada dua koran wajib dikantor yakni Kompas dan Bisnis Indonesia. Jadi mengapa harus beli?

2. Beli koran adalah membeli informasi. Sekarang ini, beli koran adalah membeli iklan. Bagaimana tidak, dengan harga 2000 – 3000 per eksemplar, masak 50% lebih isinya iklan. Padahal pengiklan harus membayar mahal ke penerbit koran. Lha kok pembacanya disuruh bayar iklan yang diiklankan? Kan penerbit koran untung dobel kan?
Seorang teman jurnalis pernah cerita bahwa, koran sekelas kompas, seandainya korannya itu dibagi gratis ke pembaca pun, mereka masih untung.
Jadi mengapa harus beli?

3. Sudah ada internet, yang menyediakan situs berita yang bisa dibaca gratis tis tis. Nggak perlu bayar kecuali kayak koran pelit macam KORAN TEMPO, yang segalanya harus mbayar.
Jadi mengapa harus beli?

4. Ada koran versi internetnya alias epaper. Sampai hari ini, saya baru nemu 4. Yang paling baru punya Republika. Daftar lengkapnya adalah:
Koran Tempo
Republika
Kompas
Kontan

Jadi mengapa harus beli?

Articles

Antara O Channel & Parkway Health

In Media on Oktober 15, 2007 oleh nonblogs

Jika disebut O Channel pasti semua orang tahu. Sedang yang satunya lagi Parkway Health, saya yakin, nama yang asing bagi kita semua.


O Channel (PT. Omni Intivision), sebuah stasiun TV Lokal Jakarta, Dimana PT. Omni Intivision itu sendiri dimiliki oleh PT. Astika Lintas Buana, sebuah perusahaan dibawah EMTEK

Perusahaan-perusahaan tersebut dibawah kendali The Tree Musketeers Sariaatmadja, trio yang sedang naik daun seiring dengan berkibarnya SCTV.

Sedang satunya lagi, yakni Parkway Health, sebuah perusahaan bergerak dibidang kesehatan yang berpusat di Singapura, dan mempunyai cabang dibeberapa negara asia.

Saya tidak tahu apa hubungan keduanya yakni antara O Channel dengan Parkway Health. Apakah keduanya dimiliki oleh satu pihak yang sama? Saya tidak tahu, yang saya tahu hanya, keduanya memiliki LOGO yang ………

Silahkan bandingkan keduanya.

Articles

Antara O Channel & Parkway Health

In Media on Oktober 15, 2007 oleh nonblogs

Jika disebut O Channel pasti semua orang tahu. Sedang yang satunya lagi Parkway Health, saya yakin, nama yang asing bagi kita semua.


O Channel (PT. Omni Intivision), sebuah stasiun TV Lokal Jakarta, Dimana PT. Omni Intivision itu sendiri dimiliki oleh PT. Astika Lintas Buana, sebuah perusahaan dibawah EMTEK

Perusahaan-perusahaan tersebut dibawah kendali The Tree Musketeers Sariaatmadja, trio yang sedang naik daun seiring dengan berkibarnya SCTV.

Sedang satunya lagi, yakni Parkway Health, sebuah perusahaan bergerak dibidang kesehatan yang berpusat di Singapura, dan mempunyai cabang dibeberapa negara asia.

Saya tidak tahu apa hubungan keduanya yakni antara O Channel dengan Parkway Health. Apakah keduanya dimiliki oleh satu pihak yang sama? Saya tidak tahu, yang saya tahu hanya, keduanya memiliki LOGO yang ………

Silahkan bandingkan keduanya.

Articles

Ketakutan Kompas terhadap Islam

In Media on Juni 5, 2007 oleh nonblogs

Ternyata Kompas masih phobia sama Islam. Hafal Al-Quran, adakah yang salah? Bukankah hal itu malah menunjukkan sesuatu yang baik?

Masuk SMP Kian Berat

Di Pandeglang, Calon Murid Diharuskan Hafal Al Quran

Pandeglang, Kompas – Persyaratan masuk sekolah menengah pertama di Kabupaten Pandeglang, Banten, akan bertambah berat. Dinas pendidikan setempat akan memberlakukan hafal Juz Amma atau juz ke-30 dalam Al Quran, sebagai salah satu syarat masuk ke jenjang SMP dan sederajat.

Dengan demikian, setiap siswa tamatan sekolah dasar yang beragama Islam wajib mengikuti tes menghafal Juz Amma saat mendaftar ke SMP. “Pada PSB (pendaftaran siswa baru) tahun 2007/2008 ini, setiap siswa SD yang akan melanjutkan ke SMP, terutama yang beragama Islam, harus melalui tes menghafal Juz Amma. Nantinya, syarat hafal Juz Amma akan diatur dalam Surat Keputusan Bupati Pandeglang, mengenai aturan PSB,” tutur Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang Taufik Hidayat, Jumat (1/6).

Sementara secara terpisah, Direktur Eksekutif Aliansi Independen Peduli Publik (Alipp) Syuhada mengatakan, pemberlakuan tes Juz Amma dikawatirkan hanya akan menambah aturan yang tidak jelas di Pandeglang. Jika tujuannya untuk membentuk generasi yang berakhlak mulia, akan lebih baik jika pemerintah menambah perhatian kepada lembaga pendidikan Islam yang sudah ada.

“Kalau dipaksakan justru akan terjadi pembiasan aturan, dan tidak akan menyentuh substansi membentuk generasi yang berakhlak baik. Jika itu tujuannya, yang terpenting adalah keteladanan pemimpin. Bagaimana pemimpin daerah menunjukkan akhlak yang baik,” katanya.

Agar tidak lupa

Juz Amma merupakan juz ke-30 dalam kitab suci agama Islam, yaitu Al Quran. Juz ke-30 dalam Al Quran itu berisi 37 surat pendek. Taufik menjelaskan, tes hafal Juz Amma itu diberlakukan untuk memotivasi siswa agar memahami masalah agama dan memiliki perilaku atau akhlak yang baik. Hal itu juga ditujukan agar siswa tidak lupa terhadap Juz Amma, yang telah diajarkan selama belajar di SD.

“Itu hanya untuk motivasi saja agar siswa tidak lupa Juz Amma. Jadi tidak ada salahnya jika diujikan kembali,” ucapnya.

Pelajaran Juz Amma memang wajib diajarkan kepada siswa SD di Pandeglang, karena merupakan pelajaran muatan lokal (mulok). Pemilihan pelajaran Juz Amma sebagai mulok itu juga telah diatur dalam surat keputusan Bupati Pandeglang, beberapa waktu lalu.

Bahkan, hafal Juz Amma juga sudah dijadikan salah satu persyaratan lulus SD. “Siswa SD tidak dapat lulus jika tidak lulus tes Juz Amma,” ujar Taufik. (NTA)

Articles

Sampai Kapankah Empat Mata Bertahan?

In Media,Opini on April 26, 2007 oleh nonblogs

Salah satu tokoh yang paling popular saat ini boleh jadi adalah Tukul Arwana. Bahkan setingkat Presiden SBY pun kelihatan sumringah saat bisa foto bareng Tukul.

Semua tahu, naiknya popularitas Tukul (bahkan katanya melebihi SBY) berkat suksesnya Empat Mata. Sebuah acara bincang-bincang ringan antara Tukul dengan bintang tamu yang seabrek. Bagaimana tidak, setiap kali acara paling tidak 4-5 bintang tamu. Uniknya, setiap bintang tamu tidak wajib menjawab pertanyaan dari Tukul. Aneh kan? Wong acara bincang-bincang kok, lawannya nggak harus menjawab.

Tapi ya itulah Empat Mata. Yang penting penonton bisa ketawa dan bisa puas..puas..puas..

Pertanyaannya sekarang adalah, seberapa lama Empat Mata akan bertahan? Hanya Tuhan yang tahu.

Walaupun begitu, sebagai penonton saya mencoba mengira-ira, kira-kira bagaimana supaya Empat Mata tetap bertahan …

  1. Jangan terlalu bergantung sama Tukul. Mungkin anda tidak setuju, tapi kalau melihat pengalaman sebelumnya, saat Farhan meninggalkan Lepas Malam dan digantikan Indy Barends. Lepas Malam benar-benar lepas … Sebenarnya keberhasilan Empat Mata sekarang ini pun kombinasi berbagai unsur, paling tidak tim kreatif, Tukul, Penonton, Pepy, Ngatini-Vega. Cuma memang tidak mudah seandainya Empat Mata tanpa Tukul.
  2. Tukul jangan serakah. Penampilan 1.5 jam setiap hari, selama 5 hari dalam seminggu sudahlah cukup buat Tukul. Itu belum penampilan di TV lain. Jangan mentang-mentang lagi naik daun, digeber teruus. Boseen mas..
  3. Saya belum pernah lihat Larry King Show. Dan kadang-kadang saja lihat Oprah. Mereka berdua sampai sekarang masih bertahan. 10 tahun lebih acaranya tetap ditunggu jutaan pemirsa. Mungkinkah Empat Mata bisa seperti itu? Tim Empat Mata saya rasa perlu melakukan studi khusus terhadap dua acara legendaris itu.
  4. Untuk menghindari kebosanan, tetaplah berubah. Jadikan perubahan itu permanen. Kalau seandainya sejak opening sampai closing, urutannya begituu saja.. ya tinggal tunggu waktu saja.

Ide-ide apa ya, yang kira-kira perlu dimasukkan supaya Empat Mata tetap segar?

  1. Double Host. Tukul ditemani satu host lagi, bisa Host acara lain misal baremg sama Tora Sudiro. Saya nggak bisa membayangkan T & T (Tukul & Tora) dalam satu acara… yang satu ndeso, dan satunya lagi gila … Atau misalnya Ngatini-Vega atau Pepy naik pangkat jadi Host. Tidak sekedar Ice Breaker.
  2. Tim Kreatif jadi bintang tamu. Kalau selama ini yang muncul di layar adalah host, ice breaker, pemain band. Lucu juga kalau posisinya dibalik. Tim Kreatif ganti dikerjain di depan layar… ya paling nggak bisa lihat mana sih yang namanya Tiiiaaaaaaaaaa ….

Ada yang mau nambah ??

Articles

Seandainya Cho Seung Hui seorang Muslim Indonesia

In Media,Opini on April 22, 2007 oleh nonblogs

Cho Seung Hui, tiba-tiba menjadi buah bibir orang seluruh dunia, terutama AS. Mahasiswa Virginia Tech asal Korea Selatan itu melakukan penembakan yang berakibat tewasnya 32 mahasiwa Virginia Tech, yang salah satunya berasal dari Indonesia.

Menilik latar belakang Cho, berasal dari keluarga imigran Korea Selatan yang pindah ke Amerika pada tahun 1992 untuk meraih American Dreams. Di Korea keluarganya memiliki sebuah toko buku bekas yang hasilnya kurang bisa diharapkan. Hal inilah yang mendorong keluarga itu untuk berimigrasi ke Amerika Serikat.

Yang dikenal dari seorang Cho Seung Hui, adalah penyendiri, jarang bicara. Dan terjadinya peristiwa penembakan ini, memunculkan spekulasi penyebabnya. Berbagai macam alasan mengemuka, mulai dari masalah kejiwaan, kebebasan memiliki senjata, dan lain-lain.

Yang pasti, satu hal yang tidak muncul, yakni TERORISME. Apa jadinya ya, jika pelakunya berasala dari Indonesia, namanya berbau Islam, entah itu Umar, Abu Bakar, atau siapa kek, asal berbau Islam, satu kata yang langsung muncul bisa jadi adalah TERORISME !

Kalau sudah begitu, bisa jadi Polisi lewat Densus 88 akan langsung ngubek-ngubek keluarga yang ada di Indonesia, pekerjaannya apa, pengajian yang diikuti apa. Ikut ke Afganistan? Atau pernah jihad ke Ambon atau Poso? Dan ujungnya, lulusan Pesantren Ngruki apa nggak? Kalau nggak, pernah mendengarkan atau ketemu Ustad Abu Bakar Ba’asyir apa nggak?

Setelah itu, ya …perang komentar atau perdebatan, antara pembela kampanye anti teroris dan komunitas Islam yang selama ini selalu menjadi tertuduh. Perdebatan itu, bisa lewat media massa yang selama ini menjadi pembela masing-masing kubu. Sudah bukan rahasia lagi, media di Indonesia masih menjadi kepanjangan tangan untuk mengamankan kepentingan pihak luar di Indonesia.

Selesai sampai disini? Sepertinya tidak, perang itu berlanjut ke dunia maya, salah satunya yakni lewat milis. Mulai dari milis yang isinya dari dulu sampai sekarang berisi perdebatan perbandingan agama, milis alumni sekolah/universitas, milis partai, hingga milis wartawan.

Atau lewat blog, muncullah postingan yang membela dan menentang. Dan ada juga yang bikin postingan berisi daftar blog yang postingannya memuat tema terseebut.

Itu efek disini, di Amerika? Bisa jadi, tambah susah sekolah, berkunjung, jalan-jalan, ke Amerika. Kalaupun bisa, ya siap-siap terkena diskriminasi dari negara yang katanya paling demokratis di dunia itu……

Articles

Kontan, Dari Tabloid ke Harian

In Media on Maret 17, 2007 oleh nonblogs

Jika kita sebut Kontan, pasti pikiran kita langsung tertuju ke Tabloid Kontan. Pertama terbit kalau tidak salah di awal tahun 90an, dan menurut saya merupakan tabloid pertama di Indonesia yang khusus membahas ekonomi. Media khusus ekonomi mungkin banyak, tapi dalam bentuk tabloid, saya rasa Kontan lah pelopornya.

Bisa disebut bahwa Tabloid Kontan dilahirkan oleh Harian Kompas. Meskipun tidak secara langsung, kebetulan karena kedua media tersebut dibawah KKG. Saya sebut tidak langsung karena berbeda dengan Tabloid Bola, yang awalnya merupakan sisipan olah raga di Harian Kompas setiap hari Jum’at. Yang kemudian terbit mandiri.

Dan sekarang, tepatnya sejak 26 Februari 2007, Tabloid Kontan ini melahirkan media yang berbasis harian dengan nama yang tidak berubah. Tampilan sekilas hampir sama dengan saudara kandungnya, Kompas, terutama warna biru pada tulisan Kontan.

Menurut saya, masuknya Tabloid Kontan ke Harian, karena melihat besarnya pasar koran ekonomi yang selama ini dinikmati sendirian, kalau boleh dibilang begitu, oleh Bisnis Indonesia. Hampir di setiap kantor atau institusi yang ada di Indonesia, khususnya Jakarta, berlangganan 2 harian yakni Kompas dan Bisnis Indonesia.

Kontan mengusung tagline Bersahabat dan Akurat. Semua orang paham, mendengar kata ekonomi, dahi orang pasti berkerut. Nah, oleh Kontan dicoba dibawakan dengan bahasa yang lebih bersahabat, atau nge-pop, user friendly. Sama seperti bahasa yang dipakai induknya, Tabloid Kontan.

Yang lucu adalah, anda tidak akan menemukan tagline Bersahabat dan Akurat di bawah tulisan Kontan di halaman muka. Anda akan menemukannya di formulir berlangganan harian ini. Sedangkan di bawah tulisan Kontan pada halaman muka, tercantum alamat website Kontan, www.kontan-online.com , yang kalau anda masuk ke situ, dijamin tidak ada informasi mengenai harian kontan ini secuil pun. Isi dari website itu sendiri, hanya edisi online dari Tabloid Kontan.

Saya coba beli beberapa edisi (termasuk edisi hari pertama), ada beberapa tulisan yang dapat dijadikan referensi bagi mereka yang kurang paham dengan beberapa istilah yang sering di pakai di dunia ekonomi, misal belajar tentang reksadana, ORI (Obligasi Ritel Indonesia), atau Inflasi. Dan biasanya disajikan secara serial.

Yang saya lihat perbedaan sangat mencolok dengan Bisnis Indonesia, tidak adanya halaman yang khusus memuat berita tentang Tekhnologi Informasi, atau Perdagangan Ritel. Dimana kalau di Bisnis Indonesia dimuat di halaman khusus. Sedangkan kalau di Kontan, sepertinya di campur dengan berita bisnis yang lain. Dan di Kontan terdapat halaman khusus Sport, yang justru tidak kita temui di Bisnis Indonesia.

Dari sisi harga, kalau eceran Rp. 3.500. Sepertinya tidak ada perbedaan antara Pulau Jawa dan Luar Jawa.. Kalau berlangganan khusus saja Rp. 70.000, sedangkan kalau bundling (Harian + Mingguan + Edisi Khusus) harganya Rp. 95. 000.

Pengen beli dengan harga murah? Kalau pengalaman saya sih, kalau beli pas baru sampai kantor kena harga Rp. 3.500. Kalau beli sekitar jam 10an dapat sekitar Rp. 3.000. Begitu masuk jam 12, bisa Rp. 2.000.

Bisa juga Rp. 1.000 kalau sudah sore buat teman naik bis, dengan catatan kalau masih ada …..

Articles

Iklan Terbalik di Republika

In Media on Februari 12, 2007 oleh nonblogs

Mungkinkah ini suatu kesengajaan? Kalau tidak, sungguh disayangkan, koran sekelas Republika memasang iklan terbalik pada hari Jum’at 9 Februari 2007 di halaman 18.


Articles

Iklan Terbalik di Republika

In Media on Februari 12, 2007 oleh nonblogs

Mungkinkah ini suatu kesengajaan? Kalau tidak, sungguh disayangkan, koran sekelas Republika memasang iklan terbalik pada hari Jum’at 9 Februari 2007 di halaman 18.


Articles

Strategi Bertahan ala Playboy Indonesia

In Media on Juni 8, 2006 oleh nonblogs

Siapa orang paling nekat di Indonesia? Suporter Bonek dari Surabaya? Yang jelas bukan siapa-siapa. Namanya mencuat paling baru beberapa bulan ini. Dan pasti bukan bagian dari Bonek tadi. Tapi dia lebih nekat dari pada Bonek.

Dia adalah Erwin Arnada. Salah satu tokoh dibalik terbitnya Playboy Indonesia. Apa dia nggak kapok ya, dipanggil dan diinterogasi berjam-jam sama Polri terus kantornya dirusak oleh masa yang tidak setuju Playboy Indonesia terbit.

Memang Playboy Indonesia sempat urung terbit untuk edisi bulan Mei 2006 kemarin, karena tekanan dari berbagai pihak yang tidak setuju. Tapi, tiba-tiba di tanggal keramat ini [6-06-2006] ada berita bahwa Playboy edisi Juni siap edar!

Saya mikir, gila nih orang! Benar-benar Bonek!. Punya nyawa cadangan kali ya..
Tapi kalau dipikir-pikir, masak sih nggak ada pertimbangan matang sampai dia berani menerbitkan kembali? Apa sih strateginya?

Dari berita yang beredar, sepertinya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

Pindah Kantor
Sejak kantor lamanya dirusak masa [meskipun yang rusak adalah gedung tempat mereka menyewa kantor], mereka memindahkan kantornya. Pikiran orang pada saat itu, wah habis deh riwayat Playboy Indonesia.

Eh, ternyata mereka nggak nyerah. Cara yang dilakukan adalah pindah kantor. Karena yang dirusak kantornya, ya pindah aja. Terus alamatnya sementara nggak usah dipublikasikan.

Memang mereka pindah kantor, tetapi diluar dugaan semua orang adalah lokasi kantornya yang baru. Kemana mereka pindah? Nggak tanggung-tanggung ke Bali!

Bukan tanpa pertimbangan mereka memindahkan kesana. Dari perkembangan akhir-akhir ini memang masyarakat Bali [menurut sebagian kalangan] cenderung untuk tidak menolak kehadiran Playboy Indonesia. Mungkin karena sudah sedemikian tingginya pengaruh wisatawan asing di sana.

Yang mengganggu pikiran saya adalah benarkah mereka memindahkan operasional kantornya ke Bali?

  • Jika benar, kenapa di alamatnya yang baru, menurut berita di detik tidak terlihat adanya kesibukan layaknya sebuah kantor?

  • Jika memang pindah, berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk pindah kantor? Saya yakin sangat besar, meskipun menurut berita, sewanya gratis. Memangnya karyawannya nggak ikut pindah? Coba bayangkan mindahin karyawan dari Jakarta ke Denpasar! Ya, kalau cuma karyawan. Nah kalau dihitung dengan karyawan yang sudah berkeluarga?

  • Kalau kantornya di Denpasar, kenapa percetakannya di Jakarta? Bukannya malah bikin inefisiensi?

  • Distributor yang di Bali malah belum mendapatkan jatahnya. Sedangkan di Jakarta, di perempatan jalan juga ada [walaupun janjinya nggak bakal ada di jalanan]. Gimana coba. Yang paling dekat kok belum dapat. Kan aneh..

Dugaan saya, pindahnya kantor dr Jakarta ke Bali adalah cuma di tulisan di majalah Playboy Indonesia. Secara fisik, mereka nggak pindah, tetapi alamat yang tercantum di majalah tersebut mereka sudah pindah. Karena sejak kantor mereka dihancurkan, tidak ada yang tahu kemana mereka akan pindah. Dan perhatian masyarakat sudah teralihkan. Dan mereka cepat bergerak..