Archive for Mei, 2006

Articles

Anggun yang tak anggun lagi

In Uncategorized on Mei 29, 2006 oleh nonblogs

Anggun muncul lagi. Kamis malam kemarin, bagi yang melihat Kick Andy, pasti melihat penampilan Anggun. Sosok perempuan berdarah Jawa bahkan kalau tidak salah masih keturunan dari Keraton, dan sekarang menjadi perempuan kosmopolitan [kalau boleh dibilang seperti itu].

Melihat Anggun sekarang, tiba-tiba teringat beberapa tahun lalu, saat muncul dengan topi baretnya disertai lengkingan suara yang teramat tinggi. Mungkin karena masih tergolong anak-anak pd masa itu, jadi suaranya bisa mencapai nada yang cukup tinggi. Yang juga tak terlupakan adalah — saya nggak tahu nyebutnya apa ya–entah jerawat atau semacam codet di pipinya. Dulu sering ditutupi dengan rambutnya yang lumayan panjang.

Saya sendiri dulu cukup ngefans sama dia. Maklum mungkin karena pada saat dia ngetop, umurnya hampir sama. Dan pada saat itu lagi suka-suka nya sama musik rock. Dan memang lagu-lagunya cukup enak didengar. Jadi ya klop lah. Tapi setelah itu dia menghilang.

Dan muncul lagi, sebagai warga negara Perancis, dengan lagu-lagu berbahasa Perancis pula. Apa itu suatu kemajuan? Dilihat dari sisi regional, jawabannya IYA. Karena apa yang dia lakukan sekarang sudah menembus batas regional yang sangat luas. Tidak tanggung-tanggung, wilayah Eropa dia tembus. Padahal tahu sendiri, Eropa itu terdiri dari berbagai macam negara, walaupun terkadang negaranya tidak lebih luas dari wilayah Jawa Barat. Tapi ya itulah, kalau namanya negara, ya nggak peduli luasnya seberapa, tetap aja negara.

Kembali ke Anggun. Tadi kalau dilihat dari sisi batas wilayah. Kalau dari sisi musikalitas, berhubung saya bukan seorang musisi, dan cuma sebagai konsumen musik, lagu-lagu Anggun yang sekarang ya…. Nggak enak didengar. Enaknya cuma didengar jalan ceritanya bisa menembus Eropa J . Mending dengerin lagunya yang dulu deh. Tua-Tua Keladi, Anak Putih Abu-Abu, Mimpi. Saya nggak tau kenapa, mungkin karena terbawa nostalgia masa lalu kali ya…

Hal yang membikin Anggun tak anggun lagi dimata saya yakni, sosok Anggun yang sekarang tidaklah berbeda dengan artis-artis dunia lainnya. Anda bingung? Tenang nggak usah bingung. Maksud saya begini. Haruskah untuk menjadi artis kaliber internasional, seseorang harus menanggalkan apa yang telah dia punyai sebelumnya?

Anggun yang dulu adalah seorang Indonesia, yang kemudian menjadi WNP [Warga Negara Perancis] dengan alasan untuk mempermudah perjalanannya melintas banyak negara, jadi nggak perlu antri buat minta VISA. Kalimat yang tak simpatik dia ungkapkan di acara Kick Andy, saat dia minta tolong Dubes Indonesia di Perancis untuk mempermudah mendapatkan VISA. Ternyata sang Dubes pun angkat tangan, karena aturannya memang begitu. Bahkan anak sang Dubes pun harus menjalani hal yang sama. Apa yang dikatakan Anggun?
“Memangnya dia ngapaiin? Dia paling belajar! Kalau saya kan kerja“

Untuk Anggun, Apakah status pelajar itu lebih rendah dari artis?

Anggun yang dulu adalah seorang muslimah. Walaupun saya tak tahu seberapa taat dia sebagai muslimah. Tapi yang jelas dia dulu seorang muslimah. Tapi kata Andy F Noya, dia sekolah di sekolah Katolik. Dan sekarang? Lagi belajar Budha! Buat saya, itu bukanlah pencarian. Tapi sekedar trend. Maklum dia kan tinggalnya disono. Tempat dimana, mungkin kalau mengaku sebagai muslim, akan banyak kerugiannya dari pada untungnya. Apalagi lingkungan pergaulannya, sekali lagi mungkin, jauh dari orang-orang muslim.

Tanggalnya dia sebagai muslimah, terlihat dari wajah sinisnya yang sering tampil saat bilang PORNOAKSI di acara Kick Andy semalam. Saya tidak tahu, berapa kali dia mengatakan PORNOAKSI sambil tersenyum sinis. Dia melakukan itu karena memang mendukung PORNOAKSI atau tidak, saya tidak tahu itu. Yang jelas, Video Klipnya “Savior“ OST film Transporter 2 dilarang ditayangkan di stasiun TV di Indonesia. Katanya sih karena dia terlalu seksi.

Langkah yang terayun seperti sekarang ini, mungkin tak akan terhenti, apalagi berbalik arah. Terlebih hanya karena tulisan ini. Memang siapa sih saya?. Tapi ya cuek aja. Ini kan Blog saya. Tempat saya bebas berpendapat. Mungkin kalau saya yang berpendapat di koran atau Metro TV, justru saya kali ya yang kena sensor…..

So, Keep on Blogging !

Articles

PSSI U-23, The Next Pelita

In Football on Mei 22, 2006 oleh nonblogs

Sepertinya PSSI tidak pernah berhenti membuat kontroversi. Lebih mending kalau kehebohan itu adalah sesuatu yang baik, misalnya lolos ke putaran final Piala Dunia gitu. Atau juara di Piala Asia. Lha ini malah, kontroversinya malah mengulang hal yang telah gagal di masa yang lalu

Kontroversi itu adalah PSSI akan menghukum pemain yang tidak mau mengikuti pelatnas jangka panjang PSSI U-23 yang akan diadakan di Belanda. Beberapa pemain itu antara lain Boaz Salosa, Maman Abdulrachman, Hamka Hamzah. Usia mereka sebenarnya sudah lebih dari 23 tahun. Tetapi karena ada kuota lima orang, maka mereka ikut dipanggil.

Mereka menolak umumnya karena kompetisi reguler belum selesai, dan mereka adalah pilar masing-masing tim. Jadi bisa dibayangkan, saat kompetisi masuk masa kritis, pilar pemain kok malah dipanggil dan tidak diperbolehkan masuk kembali ke tim semula. Dengan alasan pelatnas jangka panjang yang diadakan di Belanda. Dan juga supaya pemain terjaga kondisinya. Dan pemain yang dipanggil, tim asal akan menerima kompensasi berupa penggantian uang.

Melihat keadaan seperti itu, jadi mengingatkan ke proyek Primavera. Pemain muda dipanggil, dikumpulkan, dilatih di luar negeri. Begitu kembali diharapkan menjadi tulang punggung Timnas PSSI. Masalahnya adalah, katanya sih begitu pulang klub asal pemain mendapat prioritas untuk mendapatkan kembali pemain tersebut. Seandainya tidak ada kesepakatan baru klub lain boleh menawarnya.

Begitu pulang dari pelatnas bisa dipastikan harga pemain akan naik. Akibatnya klub asal berpikir dua kali untuk mendapatkannya. Siapa yang beruntung? Ya klub kaya. Salah satu klub kaya tapi belum terdengar namanya adalah Pelita. Dulu Pelita Jaya, terus nggak jelas juntrungannya dan sekarang sejalan dengan kondisi keuangan Group Bakrie yang semakin mencorong, Pelita coba dibangunkan kembali dan dimulai bukan dari divisi utama. Bahkan bukan dari kota besar. Yakni Karawang.

Melihat PSSI U-23 sekarang, adalah Pelita tanpa pemain Pelita. Dalam arti, semua strukturnya kecuali pemain, adalah tulang punggung Pelita. Ya, Tim Manajer, Pelatih, Penyandang Dana, semua dari Group Bakrie. Jadi kalau dilitarik benang merah semua ini. PSSI U-23 ini adalah The Next Pelita.

Articles

Seeing is Believing

In Uncategorized on Mei 22, 2006 oleh nonblogs

Seeing is Believing. Kata-kata itu muncul seketika, saat selesai mengikuti Workshop yang diadakan hari Jum’at-Sabtu tanggal 19-20 Mei 2006 yang bertema “Converting Customer Service in Sales” From Cost Center to Profit Driver. Kenapa saya mengatakan demikian?

Sebenarnya ini bukan pertama kali ikut seminar atau workshopnya Hermawan Kartajaya (HK) yang saya ikuti. Pertama kali ikut kira-kira lebih dari 10 tahun yang lalu. Saat itu saya masih mahasiswa. Dan kebetulan seminar itu gratis. Jadi pas sekali dengan kantong mahasiswa. Cukup berbobot dan menghibur kala itu. Jarang sekali seminar gratis, tapi isinya berbobot sekaligus menghibur. Karena memang sang icon marketing itu membawakannya dengan gaya entertainer sejati. Padahal content yang dibawakan biasanya cukup membuat kepala jadi puyeng.

Dan sekarang, saya dapat kesempatan untuk ikut lagi. Sebenarnya dibandingkan 10 tahun yang lalu, ilmu yang disampaikan tidak lah jauh berbeda. Gaya yang disampaikan juga sama. Cuma ya itu, masa sih peserta nggak dapat apa-apa ikut workshop yang berharga 3 juta keatas? Harga segitu sepertinya, harga kelas premium untuk workshop yang diadakan orang lokal.

Ilmu yang disampaikan sebenarnya sama dengan apa yang ada di buku, artikelnya. Tetapi dengan mengikuti langsung, saya rasa peserta bisa lebih mengerti dibandingkan dengan membaca. Karena jarak antara sumber ilmu dan penerima sangatlah dekat. Serasa tidak ada jarak malah. Anda bisa ngobrol langsung dengan beliau, terutama saat coffee break.

Selain itu, ada juga guest speaker yang menyampaikan beberapa kasus di perusahaannya yang sesuai dengan tema workshop tersebut. Seperti Pak Dadan dari Toyota, Andreas Diantoro dari Dell. Jadi dapat teori sekaligus contoh langsung dari para pelaku. Seharusnya cara seperti ini, lebih mengena ke peserta dibandingkan dengan kita belajar sendiri.

Ada hal yang menarik di acara ini. HK bercerita bahwa dia sempat ditanya sama pihak hotel (Shangrila).”Wah Pak Hermawan mau bikin hotel di dalam hotel ya pak?”

Masalahnya adalah, pihak MarkPus&Co, membawa sendiri para pelayan yang setiap harinya adalah karyawan MarkPlus&Co. Dengan peserta sebanyak 200 orang jika mengandalkan dari pihak hotel, saya yakin pelayanannya tidak seprima dibandingkan dengan karyawannya sendiri yang terbiasa dengan melayani konsumen seminarnya. Mulai dari registrasi, sampai dengan mengambilkan dan menuangkan minum. Bahkan kalau anda minta diambilkan obat sakit kepala pun bisa.

Mereka juga mengenal para peserta dengan baik. Saya selama dua hari tersebut, sengaja tidak memakai name tag yang disediakan. Name tag tadi berisi info tentang nama dan perusahaan asal. Dan yang membuat saya terkesan, mereka dapat mengingat nama saya dengan baik. Wow….

Articles

33

In Uncategorized on Mei 18, 2006 oleh nonblogs

33. Terdiri dari dua angka yang sama yakni angka tiga (3). Angka 33 ini salah satu angka yang istimewa.Kenapa istimewa?

Ya, karena kembar itu tadi. Coba urutkan angka 1 sampai dengan seratus, kan cuma ada 10 angka kembar. Istimewa juga, karena dikeluarga saya, kami 5 bersaudara. Dan angka 3 berarti anak tengah dong. Anak yang ketiga itu kebetulan adalah saya! 🙂 Dan kebetulan juga, hari ini saya berumur 33.

Tidak terasa juga sudah berumur kepala tiga. Rasanya baru kemarin saya masih memakai celana SD dengan warna merahnya ditambah atasan putih. Saya jadi inget masa kecil saat SD. Pada masa itu, saya pernah membayangkan betapa susah jadi orang yang sudah gedhe. Yang saya pikirkan bukan orang yang berumur 30. Pikiran itu timbul saat melihat kakak-kakak kelas saya yang sudah SMP, SMA. Kok rasanya bakalan susah aja ya, jadi orang yang sudah gedhe.

Bukan apa-apa sih. Masa itu saya benar-benar jadi orang yang kesulitan menangkap pelajaran di sekolah. Apalagi kalau sudah matematika, waduh pusiiing!. Terus saya mikir, sekarang aja susah apalagi nanti kalau sudah gedhe ya. Wah tambah susah niih. Eh, lha kok sekarang kerjanya malah, ngutak-ngutik angka. Wah benar-benar kebalik deh dunia..

Terus kalau masih anak-anak kan masih bisa main-main. Butuh uang buat jajan, tinggal minta. Makan sudah disiapin. Serasa jadi raja deh. Coba kalau sudah gedhe. Eh malah kita yang ngasih uang jajan. Nyiapin makan buat anak kita. Nidurin anak. Cari uang siang malam.

Tapi ya itu masa lalu yang mungkin memang harus dilewati, dan indah untuk dikenang. Coba kalau kita tidak melewati masa itu, pasti sekarang kita tidak bisa mengingat-ingat masa indah disaat kesulitan mendera.

Sudah punya apa ya saya diumur 33 ?. Coba saya list :

  • Istri (Insya Allah Salehah)
  • Anak lelaki (Insya Allah jadi anak yang sholeh)
  • Rumah – meski masih ngontrak.
  • Alhamdulillah sudah bisa nyicil KPR, walaupun jadi punya hutang. [Ternyata enak juga ya, jadi orang nggak punya hutang 🙂 ]
  • Motor tua pemberian ortu, yang tahun depan genap berulang tahun 20 tahun.
  • Orang Tua yang masih lengkap.
  • Mertua yang masih lengkap juga.
  • Pekerjaan yang Insya Allah berkah.
  • Badan yang sehat, walaupun BB nya nggak naik-naik.
  • Handphone yang umurnya sudah tua. Yang batterynya suka nge drop kalau lagi ditelpon orang.
  • Masih banyak (kalau disebutin ntar nggak cukup tempatnya seperti sepatu yang cuma satu, 2 sandal)
  • Alhamdulillah dengan semua itu, walaupun banyak juga yang belum punya. Kayak, belum punya kesempatan naik haji, sering bangun kesiangan jadi nggak sempet sholat malam. Belum punya keberanian dan banyak lagi.

    Articles

    Wanita Karir (3)

    In Working on Mei 17, 2006 oleh nonblogs

    Lanjutan Wanita Karir (2)


    ASI
    Berdasarkan pengalaman, seorang wanita karir akan memberikan ASI, hanya selama dia cuti hamil. Cuti hamil umumnya adalah 3 bulan bahkan ada yang cuma 2 bulan. Dan biasanya diambil dibelakang, dalam arti cuti diambil begitu dia melahirkan. Ada juga 1.5 bulan diambil sebelum hamil dan sisanya diambil setelah melahirkan.

    Setelah kembali bekerja, sangat jarang seorang ibu akan tetap konsisten untuk tetap memberikan ASI nya, meskipun sekarang sudah umum untuk memeras susunya dan disimpan di botol. Tapi biasanya hanya bertahan dibulan-bulan awal.

    Bisa dibayangkan, saat anda bekerja, tiba-tiba payudara anda merasa penuh. Padahal anda sedang rapat dengan klien. Mau minta tolong klien untuk memerasnya? Mau dong jadi kliennya … 🙂

    Yang paling bergembira ya, produsen susu formula. Dengan pemberian ASI yang hanya 1-3 bulan, dan selebihnya sang bayi menjadi konsumen yang paling diincar produsen susu formula. Entah itu dengan DHA, atau vitamin ini, itu. Dan ini berarti anda harus menganggarkannya dalam APBRT (Anggaran Pendapatan dan Belanja Rumah Tangga). Coba seandainya anda berada dirumah?

    Mengatasi Pengangguran
    Ah yang bener? Masak seorang wanita tidak bekerja kok malah mengurangi pengangguran. Aneh!
    Anda tidak percaya? Silahkan anda bayangkan. Jika sekarang ada peraturan bahwa semua wanita diharuskan keluar dari pekerjaannya, apa yang akan terjadi?
    Semua posisi wanita di berbagai macam perusahaan, akan digantikan lelaki! Jadi tidak akan anda temui seorang suami nganggur atau anak lelaki anda yang baru lulus kesulitan mencari pekerjaan. Karena jelas persaingan yang ada hanya antar lelaki saja.

    Dan pemerintah menganggap bahwa wanita yang keluar dari pekerjaan tadi bukanlah sebagai seorang pengangguran.

    Hal ini juga memudahkan perusahaan. Karena jika mempunyai pekerja wanita, perusahaan harus memikirkan pengganti sementara selama dia cuti hamil. Saat mens datang, minta ijin libur lagi. Anak panas sedikit, minta ijin lagi. Apalagi anak kecil akan sangat membutuhkan ibunya dari pada bapaknya, dalam hal kasih sayang saat dia sakit.

    Sungguh tidak mudah memang menentukan akan bekerja di luar rumah atau berkarya di rumah. Seorang suami yang berpendapatan pas-pas an akan berpikir dua kali seandainya istrinya minta mundur dari pekerjaannya sekarang.

    Begitu juga sang istri, saat tuntutan hidup yang semakin tinggi, terjadi dilema yang cukup sulit dipecahkan. Tapi semua itu kembali kemasing-masing individu. Setiap orang memiliki persoalan yang berbeda, dan pemecahannya pun bisa berbeda.

    Articles

    Wanita Karir (2)

    In Working on Mei 17, 2006 oleh nonblogs

    Lanjutan Wanita karir …

    Istri
    Wanita karir jelas tidak bisa melepaskan peran sebagai istri (hal ini tidak berlaku bagi yang belum maupun tidak menikah). Peran sebagai istri ini jelas sangat vital. Sehebat apapun seorang lelaki atau suami, yang begitu dibutuhkan saat tiba dirumah adalah kasih sayang seorang istri. Bentuk kasih sayang itu bisa berupa makanan yang telah tersedia saat suami telah tiba dirumah, wajah yang ceria dan badan yang bersih, pendengar yang baik saat suami berkeluh kesah atau berbagi keceriaan. Atau seorang konsultan yang baik saat suami membutuhkan pertimbangan. Segarang apapun seorang suami di luar rumah, dia seakan menjadi seorang anak-anak yang membutuhkan kasih sayang. Bahkan ibu-ibu yang mempunyai seorang anak, saat ditanya,

    “Berapa putranya jeng?”
    “ Ada dua”
    “Dua?”
    “Iya dua. Yang satu lagi kan bayi tua alias bapaknya”

    Sekarang coba anda bayangkan, jika anda seorang wanita karir yang sibuk, dan tiba di rumah paling cepat jam tujuh malam. Apa yang anda bawa pulang ke rumah?
    Pekerjaan yang tertunda di kantor?
    Suasana yang murung karena habis bos marah?
    Atau bayangan klien anda yang tampan?

    Yang pasti adalah anda membawa tenaga yang tersisa ke rumah. Bukan tenaga yang prima. Bukan waktu utama. Dan pada saat yang sama suami anda pulang dengan keadaan yang sama pula. Yang terjadi adalah anda pulang terus mandi, makan, terus istirahat untuk tidur. Dan suami anda?

    Ya… sama!

    Dan besok paginya, hal yang terjadi kemarin akan terulang dan terulang. Kapan anda akan menikmati kehidupan sebagai seorang istri? Yang anda perankan adalah peran seorang wanita lajang. Bukan seorang istri.

    Ibu
    Jika anda seorang ibu, apa yang anda rasakan saat ananda tercinta memanggil pembantu anda yang setiap saat mendampingi ananda di rumah, dipanggil dengan panggilan mama?

    Jangan salahkan anak anda kalau berperilaku demikian. Dunia anak adalah dunia kejujuran. Jika diibaratkan anak itu sebuah kertas putih, dan tulisan yang tertera diatasnya adalah sebuah noda. Noda itu bukanlah salah sang kertas, tetapi siapa yang menuliskannya.

    Dan tahukah anda, bahwa anak-anak itu mengalami masa kanak-kanak itu sekali seumur hidup!. Begitu masa lewat, tidak bisa kita rewind lagi layaknya sebuah kaset. Tidakkah anda akan menyesal melewatkan masa yang paling penting dalam tumbuh kembang seorang manusia?

    bersambung

    Articles

    Wanita Karir

    In Working on Mei 13, 2006 oleh nonblogs

    Mungkin ini hal klasik. Dimana sebenarnya posisi wanita? Haruskah tetap di rumah, dan berkarya untuk keluarga? Atau berkarir di luar rumah? Boleh jadi setiap orang akan berbeda pendapat mengenai hal ini. Dan kalaupun sudah mempunyai pendapat, belum tentu dapat mengaplikasikan pendapatnya itu sebagai sebuah keputusan yang harus dilaksanakan.

    Saya sedang mencoba mengumpulkan beberapa hal yang berhubungan dengan masalah wanita karir ini.


    Keuangan
    Paling tidak untuk hal yang satu ini, wanita jadi lebih mandiri. Jika dia belum menikah, di satu sisi akan membuat percaya diri nya semakin tinggi, tapi bisa berakibat lelaki jadi lebih berhati-hati bahkan mungkin takut untuk melakukan pendekatan.

    Untuk yang sudah menikah, jelas akan membantu pendapatan keluarga. Tetapi perlu dipikirkan juga efek samping untuk hal keuangan ini. Dengan bekerja di luar rumah, berarti akan mengeluarkan uang transport yang secara rutin harus anda keluarkan setiap hari. Sedangkan kalau anda dirumah, pengeluarannya tidak akan setiap hari.
    Anda tidak bisa memasak sendiri karena waktu dan tenaga sudah habis untuk bekerja sehingga efeknya, harus mengeluarkan biaya konsumsi/makan yang dibeli di luar yang harganya pasti lebih mahal dibandingkan jika kita masak sendiri.
    Pengeluaran lain yang mungkin timbul yakni, anggaran untuk pembantu rumah tangga yang membengkak. Karena dibutuhkan lebih dari satu orang pembantu. Bisa jadi yang satu untuk mengurus rumah dan memasak, sedangkan yang lain menjadi baby sitter. Sedangkan jika anda dirumah, paling tidak anda bisa melakukan salah satunya. Hal ini jelas akan meringankan biaya untuk pos ini.
    Yang mungkin agak terlupakan yakni, biaya mainan untuk anak. Ibu yang bekerja di luar rumah, cenderung mengkompensasikannya dengan memberikan mainan yang berlebih ke sang ananda. Harganya? Wah, itu bisa bervariasi. Bisa 10.000 dapat 3, atau 50.000 sebuah. Atau mau playstation yang bisa mencapai jutaan rupiah?

    bersambung

    Articles

    Karyawan atau Pengusaha?

    In Working on Mei 11, 2006 oleh nonblogs

    Saya ingat saat masih kecil dulu, waktu ditanya cita-citamu apa nak, jawaban yang keluar kalau tidak jadi insinyur, ya jadi dokter atau pilot. Susah rasanya mendengar jawaban misal jadi karyawan, atau jadi pengusaha.

    Tidak tahu kenapa. Padahal kalau dipikir-pikir, cita-cita kok jadi insinyur. Lha kalau setelah jadi insinyur terus mau ngapain? Kan ya harusnya setelah jadi insinyur terus kerja sendiri alias jadi pengusaha atau kerja di tempat orang atau bahasa kerennya jadi karyawan. Tapi kalau istilah srimulat jadi jongos.

    Ya, itulah cerita kita masih kecil dulu. Kalau kita sekarang ditanya obsesinya apa. Jawaban yang keluar bisa beragam. Cuma kalau pertanyaan ini diajukan pada orang yang statusnya sebagai karyawan, jawaban yang paling mungkin keluar yakni punya usaha sendiri, atau minimal usaha sampingan.

    Jalan hidup sebagai karyawan memang dibilang salah satu jalan aman untuk menyikapi kehidupan sekarang yang serba diukur dengan uang. Dengan menjadi karyawan, paling tidak dalam sebulan pendapatan anda sebulan sudah jelas jumlahnya. Begitu juga pendapatan setahun. Bahkan kalau pegawai negeri, dapat pensiun. Walaupun sebenarnya uang pensiun itu, uang kita juga yang dipotong tiap bulan dari gaji kita dan kemudian diinvestasikan ke hal yang menguntungkan. Jadi sebenarnya karyawan non PNS pun bisa membuat skema dana pensiun sendiri.

    Sedangkan kalau jadi pengusaha, pendapatan yang diterima sebenarnya tidak pasti. Pada saat untung, ya Alhamdulillah. Saat rugi ya itulah dukanya jadi pengusaha. Tinggal antisipasinya bagaimana. Bisa saja, keuntungan berjualan selama satu bulan, itu bisa buat membayar sewa kios selama satu tahun. Jadi 11 bulan sisanya bisa berupa keuntungan dan untuk biaya yang lain. Seperti bulan puasa bagi para pedagang di pasar Tanah Abang.

    Sedangkan kalau buat pengusaha warteg, selama bulan puasa malah ada yang libur selama satu bulan penuh. Jadi benar-benar hanya beribadah saja. Coba bayangkan, kerja selama satu tahun dan kemudian menikmatinya selama satu bulan. Mana ada karyawan yang bisa libur selama satu bulan?. Libur dua hari saja, terkadang harus mengajukannya jauh-jauh hari sebelumnya.

    Faktor yang paling membedakan adalah KEBEBASAN. Bisa berupa kebebasan finansial, waktu, tekanan dari atasan. Coba anda sebagai karyawan, setiap pagi harus berangkat ke kantor, dan melawan macetnya lalu lintas, mendapat tekanan dari atasan, gaji sebulan yang jumlahnya tetap. Syukur-syukur dapat kenaikan, walaupun cuma mengejar kenaikan inflasi. Makanya saya terkadang tidak habis pikir, kalau ada orang yang sudah punya usaha kok masih mempertahankan statusnya sebagai karyawan. Uang punya, kekuasaan punya (walaupun mungkin skalanya kecil), tiap hari dimarah-marahin sama bos.

    Kalau dari pengalaman yang sudah menjadi pengusaha, yang paling dibutuhkan karyawan untuk berubah jadi pengusaha adalah KEBERANIAN. Ada semacam mental blocking bagi karyawan yang mau jadi pengusaha. Takut pendapatanya turun drastic, takut rugi, tidak punya modal, dan sebagainya.

    Dan untuk menjadi berani? Itulah susahnya kalau berhubungan dengan masalah mental. Tapi ada satu keadaan yang akhirnya bisa merubah seseorang. Yakni kepepet. Orang dalam situasi kepepet, mau tidak mau harus melakukan sesuatu. Kalau sudah berada jurang paling bawah, apa sih yang harus dilakukan? Mau tidak mau harus naik kan?

    Apa kita mengharapkan situasi itu? Atau anda punya cara sendiri?

    Articles

    Semarang; dari Gereja Blenduk hingga GOR Simpang Lima

    In Semarang on Mei 8, 2006 oleh nonblogs

    Semarang kaline banjir …
    Itulah sepenggal lagu yang sangat terkenal, menggambarkan betapa identiknya Semarang dengan banjir. Jika anda tinggal di Semarang, ataupun pernah singgah sebentar dan menyempatkan jalan-jalan ke daerah utara Semarang, niscaya lagu itu memang benar. Betapa tidak, musim kemarau pun Semarang tetap banjir. Meskipun sudah ada polder yang katanya dapat mengurangi rob, tetapi pada kenyataanya genangan air setiap sore tetap saja menggenangi Semarang bagian utara. Mulai dari Stasiun Tawang dan kota lama, daerah Petek, hingga Perumahan Tanah Mas.

    Meskipun terkenal dengan banjir, sebenarnya Semarang salah satu kota yang paling unik di Indonesia. Di bagian utara, Semarang berbatasan dengan Laut Jawa. Dan jika anda pergi ke selatan, dengan jarak yang tidak terlalu jauh, anda akan melewati dataran yang cukup tinggi. Dimulai dari Candi hingga puncaknya di Gombel, yang terkenal dengan tanjakannya yang cukup tajam. Punya daerah pantai, sekaligus memiliki daerah perbukitan! Jadi anda akan merasa takjub jika melihat dari arah perbukitan suasana kota Semarang yang sangat panas sekaligus pemandangan lautnya. Belum pernah saya temui kombinasi yang cukup unik seperti ini.

    Satu keunikan lagi yang dimiliki Semarang yakni kawasan kota lama. Kawasan di sekitar jembatan mberok hingga Stasiun Tawang ini dihiasi dengan gedung-gedung berasitektur Belanda. Mulai dari gedung yang ditempati Bank Mandiri, Jakarta Loyd, dan yang paling terkenal yakni Gereja Blenduk. Disebut blenduk karena atap gereja itu berbentuk kubah mlengkung yang kalau orang jawa bilang mblenduk. Cuma sayang, banyak bangunan yang kurang terawat, disamping juga kawasan ini paling sering di serang rob, air pasang yang masuk ke darat. Jadi membuat kawasan ini terasa kurang terawat. Sungguh sayang.

    Sebenarnya masih beruntung gedung-gedung di kota lama itu masih ada hingga kini. Karena banyak bangunan yang sebenarnya cukup bersejarah di kota ini, lenyap karena kepentingan bisnis. Kantor bupati Semarang misalnya, dulu terletak di daerah alun-alun Semarang serta di dekatnya seperti layaknya kota-kota di Jawa terdapat Masjid Besar Kauman. Tapi sekarang kantor bupati itu menjelma menjadi pusat perbelanjaan Kanjengan, yang sekarang menjadi terlihat sangat tidak terawat. Dan alun-alun Semarang berubah menjadi Pasar Ya’ik, yang letaknya bersebelahan dengan Pasar Johar.

    Mungkin rasa kehilangan daerah itu hanya berlaku buat orang-orang yang pernah hidup di tahun sebelum 60-70an. Sedangkan buat orang-orang yang hidup di era 70an hingga 80an, mengalami juga apa yang pernah dirasakan oleh ayah atau kakek-neneknya. Yakni kehilangan gedung yang cukup membawa banyak nostalgia yakni GOR Simpang Lima.

    Letaknya cukup strategis yakni di Simpang Lima, daerah pusat kota Semarang yang menjadi pengganti dari alun-alun Semarang. Disebelah barat GOR Simpang Lima, terdapat Masjid Baiturrahman dan disebelah timur ada Wisma Pancasila yang akhirnya pun lenyap dan berubah wajah menjadi Plasa Simpang Lima, pertokoan berlantai 7.

    Sudah tak terhitung berapa event yang terselenggara di tempat ini, mulai dari olah raga hingga konser musik. Mulai dari tingkat nasional hingga lokal, bahkan tingkat sekolahan. Karena saya sendiri pernah ikut ekstra kurikuler bulutangkis sewaktu SMA dulu, dan latihannya tidak tanggung-tanggung yakni di GOR Simpang Lima!.

    Di tempat ini pula, Ahmad Albar mengalami dua peristiwa yang mungkin tidak akan pernah dia lupakan yakni, saat rencana konsernya di tempat ini dilarang oleh Gubernur Jawa Tengah saat itu (saya lupa apakah Ismail atau Suparjo Rustam) karena dianggap tidak sesuai dengan budaya Jawa Tengah. Dan yang kedua, kebangkitan God Bless di era 80an dimulai dengan konser tur Jawa Bali yang kota pertamanya yakni Semarang. Dengan promotor Log Zelebour, God Bless pada konser itu berusaha mengangkat kembali namanya dengan membawakan lagu-lagu Deep Purple. Konsernya sendiri diawali Jaguar dengan vokalisnya almarhun Miki Jaguar dengan membawakan lagu-lagu Rolling Stones, dan dilanjutkan El Pamas, grup dari kota kecil yakni Pandaan (Jawa Timur) yang dimotori Toto Tewel pada gitar dan Eky Lamoh sebagai vokalis. El Pamas saat itu mengusung lagu-lagu Led Zeppelin.

    Sedangkan event lokal yang cukup membawa banyak nostalgia bagi anak muda Semarang pada waktu itu adalah Festival Band antar SMA. Promotornya sekelompok anak muda yang cukup terkenal di Semarang yakni SEC. Festival ini benar-benar menjadi barometer musik di Semarang pada saat itu. Favorit juara pada tidak pernah beranjak dari SMA Loyola, SMA 1, SMA 3. Tiga sekolah favorit di Semarang itu seolah mendapat giliran juara.

    Sayang, semua itu lenyap di akhir 80an. Saat GOR Simpang Lima ditukar guling dengan Mal Citraland dan Hotel Ciputra. Dan sebagai gantinya, pengembang membangun GOR Jatidiri di kawasan Karang rejo. Alasan yang dipakai pada saat itu, yakni jika ada kegiatan besar di GOR Simpang Lima, mengakibatkan kemacetan di kawasan Simpang Lima. Padahal kenyataan sekarang, dengan adanya Mal Citraland dan Hotel Ciputra, kawasan Simpang Lima dan jalan Anggrek yang letaknya di belakang Mal Citraland, mengalami kemacetan yang tiada pernah berhenti. Jadi kalau dulu macet jika ada kegiatan besar, sedangkan sekarang setiap hari macet, karena tempat parkir di Mal itu memang sangat terbatas.

    Setelah GOR Simpang Lima menjadi korban, sepertinya para investor tidak berhenti melakukan perburuan. Salah satu yang pernah diburu yakni Kampus Undip Pleburan dan STM Pembangunan di Simpang Lima. Beruntung Kampus Undip Pleburan akhirnya terselamatkan, dan sekarang tinggal STM Pembangunan yang masih berjuang agar tidak punah dijarah investor.

    Pak Gub, Pak Wali, mosok masih kurang sih …..


    Articles

    Free Ticket

    In Uncategorized on Mei 5, 2006 oleh nonblogs

    It’s unbelievable! Free ticket? Yes, lucky me. A couple days ago, I visited to Hermawan Kartajaya and he challenges blogreader to answer his question. What his books (2), which appear on BNI advertisement. The first answer will get free invitation on Markplus Workshop on 19-20 May in Shangrila Hotel. And you know what, I’m the fastest! So, free ticket on my hand. Thanks Pak Hermawan! I hope can learn much from you.