Archive for Januari, 2007

Articles

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

In Education,Personal on Januari 17, 2007 oleh nonblogs

Setiap kali bertemu dengan teman, baik itu lama atau baru, pertanyaan yang sering saya terima adalah istri kerja dimana Fan? Dan setiap kali pula pertanyaan itu saya jawab, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa.

Ya, istri saya adalah seorang guru. Dia mengajar di salah satu sekolah di Jakarta. Dulu, sebelum kami menikah, dia pernah tanya kepada saya, “Memangnya Mas tidak malu beristrikan seorang guru?“
Buat saya, pertanyaan itu aneh. Kenapa harus malu? Apa yang salah dengan profesi guru?

Dia menganggap latar belakang saya yang bekerja di dunia bisnis, tidaklah cocok dengannya yang berlatar belakang dunia pendidikan. Terlebih, profesi guru saat ini bukanlah profesi favorit dikalangan sarjana. Kecuali kalau sudah kepepet tidak kunjung mendapat pekerjaan, karena guru identik dengan gaji rendah, yang masih disunat pula.

Tapi, alhamdulillah kami pelan-pelan bisa beradaptasi dunia yang berbeda itu.

Suatu saat, pernah ditengah obrolan sehari-hari kami, saya tanya ke dia, Kenapa sih kok mau jadi guru? Kan kalau dihitung-hitung banyak nggak enaknya?
Dan jawaban yang keluar, sungguh membuat saya terdiam dan bersyukur telah berjodoh dengannya. Istri saya menjawab, ada tiga alasan:

  1. Pahala yang terus mengalir selama ilmu yang dia tularkan, diaplikasikan muridnya.
  2. Mencerdaskan kehidupan bangsa
  3. Mencari Uang/Rejeki.

Subhanallah…

Tadinya saya pikir, jawaban ini main-main, tapi ternyata itu serius. Sungguh diluar dugaan saya, dan sekaligus menjawab kebingungan saya selama ini. Setiap kali saya tanya gaji yang diterima sekarang berapa sih? Perincian bagaimana? Jawabannya selalu, “Wah, aku nggak hapal mas“.

Tapi buat saya, beristrikan seorang guru memberikan banyak hal-hal yang baru dan menarik. Seringkali istri saya saat sudah dirumah, menceritakan polah tingkah muridnya. Yang nakal, ada yang manja sama gurunya (istri saya), dll.

Dan saya juga tahu, bagaimana anak seorang pengusaha besar dan juga politisi di skors karena melanggar aturan sekolah. Atau anggota DPR yang marah-marah bahkan datang bersama pengacara karena anaknya dikeluarkan dari sekolah. Dan ada menteri yang lebih mementingkan undangan ditempat lain dari pada mengambil raport anaknya.

Tidak semuanya negatif, karena ada pula seorang menteri yang menyempatkan diri menemui wali kelas dan guru yang mengajar anaknya, untuk tahu perkembangan sang anak. Padahal, dia tergolong menteri yang super sibuk. Ini terlihat sesaat setelah bertemu dengan para guru, dia langsung bergegas ke Istana untuk Rapat Kabinet.

Tapi, karena istri saya seorang guru pula, saya susah sekali membujuk dia untuk jalan-jalan ke Mal. Pernah suatu saat, dia pergi ke satu mal di daerah Selatan/Pusat Jakarta. Kebetulan dia bertemu dengan beberapa muridnya, dan apa yang terjadi? Dan segera murid-muridnya tadi berbaris rapi untuk sekedar bersalaman dan mencium tangan sang guru.

Serasa selebritis katanya ….

Articles

Subsidi untuk Bus Trans Jakarta adalah HAK RAKYAT

In Opini on Januari 15, 2007 oleh nonblogs

Baru-baru ini ada rencana dari Pemda DKI dan DPRD DKI untuk menaikkan tarif Bus Trans Jakarta, yang semula Rp. 3.500 untuk ke semua jalur, menjadi sekitar Rp. 5.000 hingga Rp. 7.000.

Alasan rencana kenaikan karena subisidi dari tahun ke tahun semakin meningkat. Seandainya tarif tetap Rp. 3.500, subisidi yang diberikan Pemda DKI sebesar Rp. 500 Milyar. Dan seandainya tarif dinaikkan menjadi Rp. 6.000 subsidinya sebesar Rp. 75 Milyar.

Kalau rencana ini benar dilaksanakan, baik Eksekutif maupun Legislatif di Jakarta telah kehilangan akal sehatnya. Buat kami sebagai rakyat, subsidi untuk transportasi semacam itu adalah HAK yang harus kita terima. Dan penguasa WAJIB memberikannya. Begitu banyak pajak yang telah berikan kepada penguasa. Sampai kencing pun bayar. Mana ada yang gratis di sini.

Seandainya hak yang sudah sepatutnya diterima masyarakat pun disunat, tidak berlebihankah kalau saya sebut mereka itu sewenang-wenang. Bagaimana tidak, pada saat mereka akan memotong subsidi, ternyata gaji mereka naik. Gaji anggota DPRD DKI Jakarta berdasarkan PP No 37 no 2006 adalah sebesar 24.5 Juta Rupiah. Terdiri dari gaji Rp. 5 Juta, tunjangan perumahan Rp. 12 Juta, dan yang terbaru tunjangan konsultasi Rp. 7.5 Juta.

Sebenarnya kalau jujur sih, gaji Rp. 5 Juta untuk anggota dewan yah nggak gedhe-gedhe amat sih. Karyawan swasta dengan pengalaman kerja 5 tahun lebih dan kualifikasi yang menengah, banyak yang menerima gaji sebesar itu. Cuma tunjangan buat anggota Dewan itu yang bikin nggak kuat lihatnya. Belum kalau kalau ada uang Pansus, Pokja, Reses. Ueedan tenan …

Pola yang dipakai di luar negeri, untuk hal-hal yang berhubungan dengan rakyat banyak seperti transportasi, akan diurus oleh pemerintah dengan pertimbangan kalau diurus swasta murni, tarif yang dikenakan akan tinggi karena swasta itu akan mencari keuntungan. Sedangkan kalau pemerintah tanpa mengurangi masalah kenyamanan, berkewajiban untuk melayani.

Kalau disini?

Bisa dipersulit, kenapa harus dipermudah?

Articles

Larangan Sepeda Motor Lewat Jalan Protokol; Mempersulit Hidup Orang Pas-Pas an

In Opini on Januari 12, 2007 oleh nonblogs

Kata orang kalau kita berada di tengah, cenderungnya aman. Nggak terlalu ekstrem, entah di ke atas atau ke bawah. Tapi, hal itu tidak berlaku buat orang yang pas-pasan hidup di Jakarta.

Orang-orang kelas menengah bawah di Jakarta, tahun-tahun terakhir ini semakin menyadari bahwa naik sepeda motor adalah jawaban yang pas atas kemacetan yang terjadi tak kenal waktu di Jakarta. Nggak perduli orang tinggal di tengah Jakarta atau pinggiran Jakarta, mulai beralih ke sepeda motor sebagai alat transportasi utama. Ngirit baik waktu maupun biaya.

Eh, ternyata kegembiraan ini tidak menyenangkan buat seorang yang Keras Kepala. Dia akan melarang sepeda motor melewati jalan Sudirman dan Thamrin. Dengan alasan membikin macet dan semrawut.

Saya nggak tahu, dia itu mbodhoni atau memang benar-benar bodho. Satu sepeda motor dengan satu atau dua orang penumpang, hanya akan memakan jalan sekitar 1.5 meter an. Nah, sekarang bandingkan dengan satu orang yang naik mobil, sudah makan berapa meter tuh????

Jika ada orang yang bekerja di Thamrin, dan setiap hari dia menggunakan sepeda motor karena pertimbangan waktu dan biaya. Kebetulan gedung tempat dimana dia bekerja, akses satu-satunya adalah lewat Jalan Thamrin. Lha terus dikon lewat endi?? Disuruh naik angkutan umum? Yang bener saja, dari rumah sampai kantor kalau naik angkot, bisa 8000 – 10.000 rupiah sekali jalan. Kalau PP bearti sekitar 16.000 – 20.000 setiap hari. Jika naik sepeda motor dengan uang segitu baru akan habis sekitar 2-3 hari. Yang bener saja to Pakdhe …

Atau orang itu nggak boleh kerja di daerah Sudirman Thamrin? Lha kalau nggak boleh, kapan bisa kaya kalau orang miskin nggak boleh kerja di daerah itu. Katanya daerah situ gajinya lebih dari pada daerah lain. Yang miskin tetap miskin, yang kaya tambah kaya.

Meh lengser mbok wis ora usah kakean reko to Pakdhe ………

Articles

KERJA SANTAI HASIL OKE

In books,Working on Januari 12, 2007 oleh nonblogs

Akhir tahun 2006 lalu saya tutup dengan cuti lumayan panjang, sebenarnya cuma 4 hari, tapi ditambah hari libur natal dan tahun baru, semuanya jadi seminggu lebih. Sebenarnya cuti yang saya ambil sekarang ini, cuti tahun 2005.

Kebijakan mengenai cuti di kantor memang agak longgar. Cuti tahun 2005, boleh diambil sampai dengan akhir tahun 2006. Dan setiap tahun cuti saya bertambah sesuai dengan masa kerja yang ditempuh. Contohnya, saya yang sudah bekerja di perusahaan ini selama 7 tahun, berarti jatah cuti tahun ini adalah 12 hari kerja ditambah 7 hari. Tahun depan, saat saya sudah 8 tahun, cuti saya 12+8. Begitu seterusnya.

Cuti berarti lepas dari internet. Maklum selama ini saya memang menggunakan internet kantor untuk hal-hal diluar pekerjaan, kayak blogging, surfing. Kalau untuk kerjaan ya, paling buat kirim dan terima email doang. Dan saat cuti itu, sempet kepikir juga untuk posting tentang banyak hal. Tapi karena males ke kantor dan warnet, ya jadinya ide itu nguap gitu aja.

Baru belakangan kepikir lagi untuk posting. Dan untuk memulainya lagi pun saya bingung, mau posting apa ya?? Jadinya ya posting cerita yang gini-gini aja kali ya…
Tentang bingung posting tentang apa di tahun baru 2007 ini, jadi inget tahun baru kemarin. Pas di tanggal 1 Januari lalu, saya bingung mau ngapain. Bawaannya pengen keluar rumah. Tapi nggak tahun mau kemana.

Ya sudah akhirnya habis maghrib, saya langsung ke Gramedia Pondok Indah Mal. Dipikiran saya sih simple aja, ke toko buku bisa baca-baca gratis, sekalian sama mau mampir lihat Pondok Indah Mal 2. Karena memang saya belum pernah lihat PIM 2.

Niatnya sih nggak beli buku, tapi setelah setengah jam lebih ngubek-ngubek buku baru dan buku laris yang tepat berada di tengah dekat pintu masuk, saya coba masuk ke bagian agak kebelakang. Dan tiba-tiba ada buku yang judulnya sangat menggoda, KERJA SANTAI HASIL OKE – Mengapa Kerja Keras Tak Ada Hasilnya, tulisan dari Corinne Maier, seorang ekonom dan penulis yang telah bekerja bertahun-tahun di perusahaan swasta Electricite de France (EdF).

Dibagian sampul jaket buku ini, diungkapkan bahwa buku ini adalah panduan yang cerdas dan subversif bagi para pemalas di kantor. Bos Anda jelas tidak ingin Anda membacanya. Buku ini akan membuat Anda tertawa, sambil berharap Anda sudah membacanya beberapa tahun yang lalu.

Mengapa saya tertarik buku ini? Karena saya mempunyai keinginan bahwa di tahun 2007 ini saya berusaha untuk bekerja senormal mungkin tanpa mengurangi waktu untuk keluarga, diri sendiri, dan untuk lain-lain. Dan tentu saja tanpa mengurangi pendapatan. Selain buku ini, ada juga buku yang sudah saya baca tentang tema yang hampir sama yakni In Praise of Slow.

Tentang buku ini sendiri, sampai saat nulis postingan ini, saya belum selesai benar membacanya. Jadi mungkin yang bisa bagi buat anda tidak begitu banyak, tapi akan saya coba.

Dibagian akhir buku ini, penulis pertama mengungkapkan ada 10 perintah yang biasanya ada di dalam suatu perusahaan. Salah satunya adalah di poin pertama yakni,

“Kerja adalah kebaikan universal. Pekerjaan anda adalah hak istimewa. Jika anda bekerja, manfaatkanlah kesempatan itu sebaik-baiknya – ada banyak orang yang tidak seberuntung anda“

Klise sekali bukan…

Coba bandingkan dengan yang ini, poin ini berada di urutan pertama dari Sepuluh Kontra Perintah versi Corinne Maier,

“Pekerjaan yang bergaji adalah perbudakan gaya baru. Ingat bahwa kantor bukan tempat pengembangan pribadi. Anda bekerja untuk gaji Anda pada akhir bulan, “titik“, seperti yang sering diungkapkan bisnis.