Archive for Juli, 2006

Articles

Terlanjur Enak [2]

In Living on Juli 22, 2006 oleh nonblogs

Pertanyaan yang susah dijawab. Masak sih orang nggak mau enak? Kalau dipikir-pikir sebenarnya, apa yang kita kerjakan setiap hari bertujuan untuk sesuatu yang enak.

Kita kerja untuk cari uang. Uangnya untuk?
· Beli Makan. Ada nggak sih orang yang nggak suka makan? Enak bukan…

· Buat Modal Kawin. Coba tanya orang yang lagi pacaran, kapan mau nikah? Ntar dulu deh, kerja dulu terus punya duit baru kawin. Emang kawin enak? Nggak cuma enak lagi, tapi murah! Nggak percaya? Coba kalau anda yang suka ’jajan’. Berapa biaya untuk bayar wanita panggilan/WTS/PSK? Rp 200 ribu? 300 ribu? Atau lebih. Dengan asumsi anda melakukannya setiap hari, kalau sekali ‘jajan’ 200 ribu, berarti setiap bulan anda mesti mengeluarkan paling tidak 6 juta rupiah.Coba bayangkan kalau anda sudah nikah, tiap hari anda boleh melakukannya, dapat pahala lagi. Biaya? Mmmm, yang pasti keluar sih biaya resepsi, biaya hidup bulanan buat istri. Enak bukan…

· Beli rumah. Berarti nggak dikejar-kejar ibu kost, atau yang punya kontrakan. Enak bukan…

· Beli mobil atau motor. Nggak capek pindah-pindah angkot dan bis kota pas lagi mau kerja. Terus juga bisa pamer. Pamer mobil ke temen, ke calon mertua, ke calon klien kalo kita bonafid. Enak bukan…

Kita Sholat dan berdoa setiap hari tujuannya?

· Terhindar dari neraka. Siapa yang mau ke neraka? Nggak ada kan?
· Biar masuk surga. It’s the Most Wanted Destination !
· Biar orang berbuat baik sama kita. Enak bukan…

Makanya siapa yang nggak mau enak??

Articles

Terlanjur Enak [1]

In Living on Juli 22, 2006 oleh nonblogs

Comfort Zone. Saya tidak tahu apa padanan katanya di bahasa Indonesia. Kedua kata itu sering saya dengar dan sering saya jadikan topik diskusi yang menarik dengan seorang sahabat di Bali.

Menurutnya dia sudah meninggalkan apa yang disebut Comfort Zone tadi. Ceritanya begini. Beberapa tahun yang lalu di awal perkawinannya, dia pernah bekerja part time untuk sebuah perusahaan multi nasional yang berkedudukan di Jakarta. Dia sendiri tetap berada di Bali.

Dengan bekerja paruh waktu tersebut dia mendapatkan penhasilan yang cukup lumayan. Dibilang cukup karena dia hitung berdasarkan hari kerja dibanding dengan gaji yang diterima. Kerja 10 hari tapi dibayar 26 hari kerja untuk ukuran daerah.

Sekitar 2 tahun yang lalu, secara tiba-tiba dia mengundurkan diri. Alasannya, tidak cocok dengan supervisor. Padahal waktu itu dia sedang membutuhkan biaya yang cukup besar untuk membayar kuliah S2 nya.

Tapi dengan tekad yang bulat akhirnya secara perlahan dia berhasil mengatasi berbagai kesulitan keuangan. Itulah yang dia sering katakan pada saya bahwa dia telah meninggalkan zona kenyamanan tadi.

Bagaimana tidak enak, kerja ringan gaji cukup. Waktu masih tersisa banyak.

Pertanyaanya, haruskah kita meninggalkan area yang terlanjur enak dinikmati tadi?

Articles

Dari Piala Dunia ke 8 Besar Liga Indonesia

In Football on Juli 19, 2006 oleh nonblogs

Selesai sudah hiburan Piala Dunia selama sebulan penuh, yang akhirnya melahirkan Juara Dunia Cacat yakni Italia. Kenapa saya sebut cacat? Karena, Italia membawa cacat yang tak mungkin ditutupi dan itu sudah menjadi bagian dari kompetisi liga serie A yakni diving. Diving saat melawan Australia yang akhirnya melahirkan penalti dan gol. Sehingga membawa Italia ke babak berikutnya. Diving, Pengaturan skor, Suap. Itulah Liga serie A.

Sebenarnya secara emosional, babak 8 besar liga Indonesia buat saya lebih berarti dibandingkan Piala Dunia. Saya nggak peduli orang berkata, sepak bola Indonesia adalah sepak bola kampungan. Tidak sebanding dengan tim-tim Piala Dunia.

Sehebat-hebatnya tim di Piala Dunia, nggak ada secuil pun yang berhubungan dengan saya. Walaupun kalau dicari hubungannya ada aja sih.

Jerman
Hubungan saya dengan Jerman yakni kebetulan saya bekerja di perusahaan yang berkantor pusat di Jerman.

Belanda
Negara yang pernah menyengsarakan Indonesia selama 350 tahun. Tapi kok sekarang PSSI latihan di Belanda ya?

Inggris
Penjajah saudara saya. Sebagai seorang muslim, sesama muslim adalah bersaudara, tidak perduli apapun negaranya. Inggris ini tercatat ikut memporak-porandakan Afghanistan dan terakhir di Irak. Dan tercatat pula ikut berinisiatif melahirkan negara Israel di tanah Palestina.

Portugal
Penjajah Timor Timur, dan akhirnya ikut andil dalam memisahkan Timor Timur dari Indonesia.

Australia
Tetangga Indonesia paling usil setelah Singapura. Paling usil tapi paling diakrabi sama rakyat Indonesia. Paling tidak bisa dilihat banyaknya mahasiswa Indonesia yang belajar di Australia, dan banyak orang bule di sana bisa berbahasa Indonesia.

Perancis
Saya dan Zidane adalah saudara. Nggak percaya? Ya sudah, yang penting sesama muslim adalah saudara. Tau nggak sih anda padanan kata Zinedine dalam bahasa Indonesia/nama di Indonesia?

Zinedine itu kalau di Indonesia adalah Zainuddin.

Jadi wajar dong kalau 8 besar Liga Indonesia lebih saya tunggu dibanding Piala Dunia.

Pokoke Hidup PSIS !

Articles

Pembantu Juga Manusia [2]

In Living on Juli 19, 2006 oleh nonblogs

Repot tanpa pembantu? O iya saya belum cerita mengenai hal ini. Di rumah saya sebenarnya ada pembantu yang lain lagi. Yakni khusus cuci dan setrika. Dia datang setiap hari hanya khusus nyuci dan nyetrika aja.

Jadi sebenarnya dengan satu pembantu yang ada sekarang nggak terlalu repot juga sih.

Cuma memang harus merubah jadwal harian saya. Tadinya saya berangkat kerja bareng sama istri. Setengah tujuh pagi sudah menyusuri jalanan ibukota. Dan sampai kantor sekitar jam setengah lapan pagi. Masih sangat pagi, karena jam kantor saya dimulai jam 9 pagi. Biasanya saya habiskan buat ngopi lagi [dirumah sebelum berangkat sudah ngopi], sambil baca koran, terus browsing internet.

Nah, sekarang berubah total. Istri saya pagi terkadang harus berangkat sendirian dan naik angkot pula. Dan saya? Mmm mencoba menjadi ayah yang baik .. [hahahaha].

Saat istri berangkat ya, saya nungguin anak saya sampai bangun, terus mandiin, nyuapin sarapan, ngajak main. Sampai kira-kira jam delapan. Setelah nitipin anak ke embahnya, baru saya siap-siap untuk kerja.

Ya, hitung-hitung untuk menambah waktu bersama anak saya. Selama ini memang kebersamaan saya sama si kecil termasuk kurang. Saya berangkat pagi di saat dia baru bangun, pulang dia sudah tidur. Jadi akhirnya si kecil susah banget saya ajak berinteraksi.

Bebas
Manfaat lain dengan tidak adanya pembantu di rumah, yakni kita bisa lebih bebas. Coba bayangkan, jika sebuah rumah tangga dengan anggota ayah-ibu-satu anak menyewa rumah petak yang terdiri dari satu kamar tidur, satu ruang depan yang bisa berfungsi sebagai ruang tamu atau ruang makan atau ruang nonton tv, dan bagian belakang [kamar mandi, dapur]. Nah dengan keadaan seperti itu, kapan dan dimana anda punya kebebasan dengan suami atau istri?

Bebas gosip
Bebas yang kedua yakni bebas bisik-bisik tetangga. Sudah bukan rahasia lagi, pembantu rumah tangga merupakan sumber informasi bagi pihak di luar keluarga kita yang bisa menciptakan ketikstabilan situasi.

Bisa jadi, cerita kemesraan dengan suami atau istri anda, akan beredar dengan sangat cepat dikalangan tetangga bak gosip artis yang beredar dari infotainment satu ke infotainment yang lain.

Articles

Pembantu Juga Manusia [1]

In Living on Juli 19, 2006 oleh nonblogs

Sudah hampir setengah bulan ini, kami tidak memakai pembantu rumah tangga. Sebenarnya mungkin tidak bisa disebut pembantu. Karena tugas utamanya dia mengasuh anak kami yang baru berumur 1.5 thn. Cuma, saya merasa nggak biasa nyebutnya sebagai baby sitter. Jadi saya yang saya anggap sebagai pembantu juga.

Dia resign jadi pembantu di rumah dengan alasan sering sakit-sakitan, jadi mau istirahat dulu. Nggak kerja, di rumah saja. Itu alasan yang diberikan pada saya tempo hari. Saya sih, ya mau gimana lagi. Tidak bisa melarang dan menahan dia untuk tetap jadi pembantu di rumah.

Memang beberapa hari sebelum dia berhenti, dia sudah tidak masuk karena sakit. Tinggalnya memang tidak jauh dari rumah kami. Dia salah satu tetangga kami. Setiap pagi sebelum kami berangkat bekerja, dia telah datang ke rumah dan mengurus segala keperluan si kecil. Kalau dihitung, memang ini bukan yang pertama dia sakit. Kalau tidak salah yang ketiga kalinya dia absen karena sakit.

Ternyata alasan sakit itu menjadi tanda tanya bagi kami sekeluarga. Karena hanya selang beberapa hari sejak berhenti dari tempat kami, ternyata dia sudah bekerja di tempat lain. Saya tidak tahu pasti, katanya tempat dia bekerja sebelum bekerja di tempat kami.

Kami benar-benar heran, kenapa harus memberi alasan sakit. Mendengar kabar tersebut, saya jadi mikir apa yang menjadi penyebab dia berhenti.

Bosan
Salah satu faktor yang paling mungkin adalah bosan. Namanya juga orang. Ada kalanya merasa bosan dengan keseharian. Kita pun yang bekerja kantoran seringkali bosan dengan rutinitas pekerjaan yang tidak ada selesainya.

Jam kerja pembantu saya sebenarnya hampir sama dengan orang kantoran. Dia datang sekitar jam setengah tujuh pagi. Dan pulang sekitar jam 4-5 sore. Hari minggu libur. Dan kalau kita libur, seringkali kita kasih libur juga. Enak kan?

Tapi tetap saja dia keluar.

Gaji
Alasan klasik lainnya adalah gaji. Saya gaji dia untuk 6 hari kerja hanya untuk mengasuh anak saya, sebesar 250 ribu rupiah. Saya tidak tahu apakah cukup besar atau terlalu kecil uang segitu buat dia. Yang jelas dengan gaji segitu, dia tidak bekerja full satu hari penuh seperti pembantu yang lain. Dia hanya bekerja dari jam setengah tujuh hingga jam 5. Selebihnya ya pulang.

Berat? Mmm bisa ya bisa tidak. Untuk anak dibawah 2 tahun, jam tidurnya termasuk masih tinggi. Anak bangun sekitar jam 6 sampai dengan setengah tujuh pagi. Dan tidur lagi sekitar jam 8-10, dan bangun saat makan siang. Si kecil akan tidur lagi sekitar jam 2 hingga jam 3.30-4.00.

Jadi bisa dihitung, dengan jam kerja sekitar 10.5 jam [6.30-17.00], sekitar 4 jam hanya nungguin orang tidur. Berat?? Mmm saat nungguin orang tidur, kalau kita ngantuk terus? Ya ikut tidur….

bersambung